1 Tahun Bom Surabaya
Satu Tahun Bom Surabaya - Begini Kondisi Terbaru Tujuh Anak Pelaku Bom di Kota Surabaya
Dalam peristiwa pengeboman di Mapolrestabes Surabaya pada 13 Mei 2018 itu, Tri Murtiono-Tri Ernawati beserta dua anak laki-lakinya tewas di lokasi.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Satu tahun sudah peristiwan bom yang menguncang Kota Pahlawan Surabaya. Semua warga tersentak dna kaget bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga.
Keluarga pelaku bom bunuh diri pasangan suami istri Tri Murtiono (50)-Tri Ernawati (43), masih tertutup bila ditemui orang asing, khususnya para wartawan.
“Keluarga masih tidak mau menerima orang asing, terutama wartawan. Bila ada yang mencari informasi atau keperluan disarankan ke saya. Kalau sama warga sini ataupun orang yang dikenal mereka terbuka,” kata Kukuh Santoso, Ketua RT 9 Krukah Selatan, Kelurahan Ngagel Rejo, Wonokromo, Surabaya, Jumat (10/5/2019).
Dalam peristiwa pengeboman di Mapolrestabes Surabaya pada 13 Mei 2018 itu, Tri Murtiono-Tri Ernawati beserta dua anak laki-lakinya tewas di lokasi.
Sedangkan anak perempuannya yang saat itu masih berusia 7 tahun, berhasil diselamatkan.
Anak perempuan malang itu kini dirawat di kementrian sosial (Kemensos) bersama enam anak bomber lainnya.
Menurut Kukuh Santoso, keluarga almarhum Tri Ernawati masih begitu terpukul atas kejadian bom bunuh diri. Hal ini yang diduga membuat keluarga menutup diri.
“Kejadian itu (bom bunuh diri) masih membekas di benak keluarga. Setiap ada orang atau wartawan yang mencari informasi terkait hal itu, pasti bakal ditolak,” ujarnya.
Kukuh menegaskan, warga dan keluarga Tri Ernawati berhubungan baik.
• Mau Tukar Uang Baru? Ini Jadwal Mobil Kas Keliling di Jember, Sudah Beroperasi Hari Ini
• Alumni 91 SMAN 17 Surabaya Bagi Takjil Gratis, 600 Takjil Habis Hanya Dalam 30 Menit
• Bos Hotel Lokal Bocorkan Cerita Jokowi Sewa Kamar, Melongo Dengar Permintaannya, 3 Kali Selalu Sama!
Warga tetap merangkul mereka dan tak pernah menjauhi, meski anggota keluarganya menjadi teroris.
“Warga tidak mendiskriminasi dan tak membeda-bedakan. Entah itu mantan napi ataupun keluarga teroris. Semua kami rangkul,” tegasnya.
Keluarga Tri Ernawati, juga masih aktif di sejumlah kegiatan lingkungan (RT).
Mereka juga kerap berbaur dengan warga lain. Keakraban antara keluarga Tri Ernawati dengan warga begitu kental.
“Mereka masih aktif di kegiatan RT. Setiap kali kami undang di kegiatan ke-RTan mereka pasti hadir,” ucapnya.
Terkait rencana kemensos yang akan mengembalikan anak dari pasangan Tri Ernawati- Tri Murtiono yang selamat dari peristiwa bom bunuh diri ke lingkungan masyarakat, Kukuh menjamin bila warga bakal menerima anak tersebut.
“Warga akan menerima dengan baik. Kami juga akan turut menjaganya. Dia masih kecil, dia tidak salah dan tak tahu apa-apa. Saya beberapa hari mendengar soal kabar ini. Pihak dinas sosial maupun kepolisian juga pernah datang ke sini untuk menanyakan persiapan keluarga terkait bakal kembalinya anak tersebut,” jelasnya.
Sedangkank akak pertama Tri Ernawati, berinisial B yang usianya sekitar (52), saat ditanya soal kabar ini tak banyak bicara.
Dia juga mengatakan, tak tahu-menahu soal kabar kembalinya anak Tri Ernawati.
Tetapi, bila anak tersebut benar dikembalikan ke keluarga, dirinya akan menerimanya.
“Saya tidak tahu kabar itu. Bila dikembalikan kami akan menerima dan merawatnya,” pungkasnya.
Sementara itu, anak-anak pasangan Anton Febrianto (47)- Puspitasari (47), juga termasuk yang dirawat Kemensos.
Saat itu, tepatnya pada 13 Mei 2018, bom yang disiapkan untuk bunuh diri itu tiba-tiba meledak kamar nomor 2 Blok B lantai 5 Rusunawa Wonocolo, Taman, Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo.
Dalam peristiwa itu pasangan Anton Febrianto-Puspitasari dan seorang anaknya tewas terkena ledakan bom ransel. Sedangkan tiga anak Anton berhasil diselamatkan. (Mohammad Romadoni/Danendra)