Fakta Pelaku Bom Bunuh Diri di Kartasura, Keluar dari Kampus Karena Ada Mata Kuliah Pancasila
Rofik Asharuddin, pemakai bom pinggang saat melancarkan aksi bom bunuh diri, ternyata tolak mata kuliah Pancasila
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Melia Luthfi Husnika
Menurut pihak kepolisian, pelaku telah terpapar paham radikal.
Namun, Dedi mengungkapkan bahwa RA merupakan lone wolf atau bertindak sendiri.
Polisi, katanya, belum menemukan indikasi RA tergabung dalam jaringan kelompok teroris manapun.
"Belum ada indikasi keterkaitan yang bersangkutan menyangkut masalah yang bersangkutan ikut dalam suatu jaringan, baik JAD Jawa Tengah, maupun dari kelompok yang lain lain," tutur Dedi.
"Sementara yang bersangkutan menggunakan bomnya adalah bom pinggang," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2019).
Sehingga, terduga pelaku bom bunuh diri mendapat luka akibat bom yang mengenai tangan bagian kanan dan sekitar perut.
"Sehingga ketika terjadi ledakan, yang melukai yang bersangkutan adalah sebagian perut maupun tangan sebelah kanan," ungkapnya.
Polisi mengidentifikasi bahwa bom yang digunakan berjenis low explosive.
Hal itu diketahui dari bahan-bahan pembuat bom serta sisa material.
Saat ini, pelaku sedang dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Berdasarkan keterangan dokter, kata Dedi, pelaku dalam kondisi stabil dan bisa berkomunikasi.
Sebelumnya, ledakan yang diduga bom bunuh diri terjadi di pos polisi Tugu Kartasura milik Polres Sukoharjo, Senin (3/6/2019) pukul 23.00 WIB.
Seorang pria yang diduga pelaku bom bunuh diri mengalami luka parah di lokasi dan telah dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Selain pelaku, tidak ada korban lainnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Pelaku Bom Bunuh Diri di Kartasura Gunakan Bom di Pinggang, saat Meledak Mengenai Perut dan Tangan