Pelaku Bom Bunuh Diri Ngaku Belajar Buat Bom dari Internet Hingga Beli Bahan-bahan Sendiri
Rofik Asharudin ternyata belajar membuat bom dari internet, bahan-bahannya pun dibelinya sendiri, begini kesaksian sang paman
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Januar
Pasalnya, beredar kabar dari perangkat dan Kades Wirogunan tempat pelaku tinggal, warga Dukuh Kranggan Kulon RT 1 RW 2, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo itu, diduga lulusan MAN 2 Solo pada tahun 2016.
Humas MAN 2 Solo, Giyono, menerangkan, jika pihak sekolah mendapatkan informasi terkait identitas pelaku hingga dugaan lulusan sekolah yang berada di Jalan Slamet Riyadi Nomor 308, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Solo.
"Teman-teman (pengelola sekolah) mendengar itu, juga dapat info Babinsa," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Selasa (4/6/2019).
Giyono memaparkan, dia dan pengelola lainnya di sekolah mendapatkan dua buah identitas versi kartu tanda penduduk (KTP) dan identitas lain.
"Namun kami tetap belum yakin, karena kami harus mencari buku yang berisi data induk siswa," tutur dia menegaskan.
Giyono menerangkan, pengelola sekolah harus mencari data secara manual, tetapi hari-hari ini MAN 2 Solo tengah libur.
"Saya harus konfirmasi ke guru-guru," ucap dia.
Dia menambahkan, jika disebut lulus tahun 2016 maka paling tidak masuk sekolah pada 2013.
"Tetapi rata-rata kalau anak SMA/MAN lulus ya umur 17/18 tahun, makanya kami akan cek dulu," jelasnya.
Sebelumnya, pelaku bom bunuh diri di Pospam Kartasura, Senin (3/6/2019) dikenal sebagai sosok yang tertutup.
Ketua RT 1, Joko Suwanto mengatakan, Rofik sempat sekolah di MAN 2 Solo beberapa tahun yang lalu.
Semenjak lulus dari MAN 2 di Solo, terduga pelaku yang bernama Rofik Asharudin jarang berinteraksi dengan warga dan juga jarang terlihat mengunjungi masjid.
Kesaksian Sang Paman
Pelaku bom bunuh diri di Pos Pengamanan (Pospam) Tugu Kartasura, Rofik Asharudin memang dikenal sebagai pribadi yang tertutup.
Hal tersebut diungkapkan paman Rofik Asharudin, Hari, saat ditemui TribunSolo.com di kediamannya, Selasa (4/6/2019) siang.
"Rofik itu ya hanya di rumah terus, paling hanya keluar main saja tidak pernah kemana-mana," katanya.
Hari menambahkan, Rofik Asharudin sempat mengikuti acara di wilayah Ngemplak namun berpindah ke wilayah Kertonatan.
"Nah setelah ikut itu jadi tidak mau bergaul dengan tetangga, diajak pamannya pergi-pergi juga tidak mau," imbuh Hari.
Rofik menjadi pribadi yang pendiam, tidak bertegur sapa dengan tetangga dan keluarga.
Namun, untuk perubahan yang ekstrem Rofik Asharudin, Hari mengaku tidak ada sama sekali.
"Tidak ada perubahan karena kalau disapa masih mau jawab, tidak yang lainnya," ujar dia.
Selain itu menjelang pengeboman tersebut, dirinya mengaku tidak ada tamu yang datang ke rumah.
Rofik Asharudin hanya tinggal di rumah tidak mendapat tamu siapapun.
Hari mengatakan jika Rofik Asharudin adalah anak kedua dari 3 bersaudara.
Ayahnya, Muktadi bekerja sebagai penjahit, sedangkan ibunya, Sukinem, bekerja sebagai tukang masak.
"Orang tuanya itu kesehariannya bagus, tidak ada yang aneh," ungkap Heri.
"Wong anaknya itu sudah didaftarkan ke IAIN tapi tidak mau, kakaknya itu sudah kuliah di sana," tambahnya.
"Sudah dipersiapkan apa-apanya tapi malah tidak mau masuk," tutup dia.
Hasil pemeriksaan di rumah pelaku
Mabes Polri membeberkan hasil pemeriksaan terkait insiden bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, yang terjadi Selasa (4/6/2019) dini hari.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan, polisi telah menggeledah rumah pelaku bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Selasa (4/6/2019) dini hari.
"Kemudian dari Densus 88 bersama labfor melakukan penyitaan di kediaman orangtua pelaku, cukup banyak barang yang disita," ungkap Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa.
Adapun dari temuan yang dihasilkan berupa 2 plastik berisi belerang, 1 plastik berisi potasium klorat, kemudian dua box berisi campuran belerang dengan potasium klorat dan arang atau black powder.
Tak hanya itu, polisi juga menemukan sejumlah rangkaian elektronik yang terdiri dari 4 switch, baterai dan charger, 1 kantong serbuk putih yang diduga nitrat, 1 plastik arang, kemudian 2 plastik berisi kabel, sebuah pipa, detonator manual, solder, dan sisa paku.
Dedi mengungkapkan, berdasarkan temuan di rumah tersebut dan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), polisi berkesimpulan bahwa jenis bom yang digunakan berjenis daya ledak rendah atau low explosive.
"Dari hasil temuan di kediaman orangtua pelaku, kemudian dari hasil analisa tim laboratorium forensik yang menemukan beberapa serpihan-serpihan di TKP, hasil kesimpulan sementara bahwa itu merupakan jenis bom low explosive," katanya.
Terpapar Paham Radikal
Pelaku bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019) malam, disebutkan merupakan amatir.
"Dari hasil pemeriksaan sementara dan analisa tim Densus, pelaku amatir," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2019).
Dedi menuturkan, polisi belum menemukan rekam jejak aksi pelaku yang berinisial Rofik Asharudin (22) tersebut.
"Kemudian juga rekam jejaknya di kelompok belum terlihat, rekam jejak aksinya juga boleh dikatakan belum terbaca," ungkapnya.
Menurut pihak kepolisian, pelaku telah terpapar paham radikal.
Namun, Dedi mengungkapkan bahwa Rofik Asharudin merupakan lone wolf atau bertindak sendiri.
Polisi, katanya, belum menemukan indikasi Rofik Asharudin tergabung dalam jaringan kelompok teroris manapun.
"Belum ada indikasi keterkaitan yang bersangkutan menyangkut masalah yang bersangkutan ikut dalam suatu jaringan, baik JAD Jawa Tengah, maupun dari kelompok yang lain lain," tutur Dedi.
"Sementara yang bersangkutan menggunakan bomnya adalah bom pinggang," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2019).
Sehingga, terduga pelaku bom bunuh diri mendapat luka akibat bom yang mengenai tangan bagian kanan dan sekitar perut.
"Sehingga ketika terjadi ledakan, yang melukai yang bersangkutan adalah sebagian perut maupun tangan sebelah kanan," ungkapnya.
Sebelumnya, sebuah bom bunuh diri meledak di Pos Pengaman (Pospam) Lebaran 2019 di Tugu Kartasura milik Polres Sukoharjo, Senin (3/6/2019) pukul 23.00 WIB.
Beruntung dalam kejadian itu, polisi yang bertugas selamat dari ledakan bom.
Pelaku bernama Rofik Asharudin (22) warga Dukuh Kranggan Kulon RT 1 RW 2, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo itu, mengalami luka parah dan masih dalam keadaan hidup.
Pelaku sempat mendapat pertolongan pertama di RS PKU Muhammadiyah Kartasura usai dibawa polisi.
Kemudian pelaku dirujuk ke Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof Dr R Soeharso Surakarta dan akhirnya dirawat selama beberapa jam di RSUD Dr Moewardi Solo.
Di RSUD milik Pemprov Jateng itu, pelaku yang mengalami luka pada bagian perut, pinggang, tangan hingga kaki tiba di RSUD Dr Moewardi Solo sekitar pukul 01.00 WIB dan dirawat di IGD dengan pengawalan polisi sangat ketat.
Namun pada pukul 04.10 WIB ada mobil ambulans dari Polresta Solo datang, Dokkes Polda Jateng dan sejumlah kendaraan lain membawa pelaku yang diketahui kritis ke RS Bhayangkara Prof Dr Awalodin DJamin di Semarang.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Update Bom Bunuh Diri Surakarta: Pelaku Belajar dari Internet Hingga Kesaksian Sang Paman