Kilas Balik
Kesaksian Sintong Panjaitan Soal Kemarahan Anggota TNI yang Gagal Jadi Kopassus, Sampai Ada Tembakan
Suasana itu tiba-tiba berubah jadi tegang saat pengumuman hasil seleksi. Mereka yang tak lulus jadi Kopassus, langsung lepaskan tembakan.
Penulis: Januar AS | Editor: Sudarma Adi
Mereka yang tak lulus tampak marah.
Satu bentuk protesnya adalah melepaskan sejumlah tembakan.
• Pengakuan Ajudan Soal Sorot Mata Kartosoewiryo Kala Dieksekusi Mati, Bikin Soekarno Langsung Berdoa
"Mereka merasa masuk TNI karena ingin menjadi anggota Korps Baret Merah, dan tidak bisa menerima kenyataan harus melepaskan baret merah di samping sudah bersumpah setia untuk menjadi pasukan komando," tulis Hendro yang menirukan kembali kesaksian Sintong.
Sintong pun menilai mereka yang protes melalui pelepasan tembakan memang sudah tak pantas di Kopassus.
Tindakan itu sudah melanggar disiplin militer yang patuh, dan taat pada pimpinan.
Oleh karena itu, Sintong pun meminta Polisi Militer AD untuk menanganinya.
• Bu Tien Langsung Periksa Gadis yang Ngaku Anak Soeharto, Temukan Racun Tikus & Bongkar Niat Asli
Meski demikian, upacara pergantian baret pun pada akhirnya tetap dilakukan.
Upacara tersebut dilakukan di Kariango, sekitar 23 kilometer dari Makassar.
Mereka yang tak lulus ujian tersebut berdiri tegak dalam barisan.
"Sebelum upacara dimulai mereka sudah memasukkan baret hijau ke dada di bagian dalam kemeja,"tulis Hendro berdasarkan pengakuan Sintong.
• Terungkap Permintaan Khusus Soekarno Soal Lokasi Makamnya, Pilih Blitar Sesuai Keputusan Soeharto?
Selanjutnya terdengar aba-aba pergantian baret.
Mereka serentak menunduk, mengambil baret hijau dari kemejanya, lalu mengenakannya ke kepalanya, dan memasukkan baret merah ke kemejanya.
Lalu, dari sikap menunduk, mereka kemudian tegak kembali.
• Terkuak Alasan Sebenarnya Soeharto Makamkan Soekarno di Blitar, Megawati Sebut Keluarga Tak Setuju
Menurut Sintong, saat itu suasana sangat mengharukan, beberapa anggota meneteskan air mata.
"Sintong merasa sangat terharu menyaksikan upacara itu. Ia mencatat di antara mereka yang berganti baret itu ada perwira berpangkat kolonel, letkol, dan mayor, walaupun sebenarnya mereka lebih suka tetap di baret merah,"tulis Hendro.