Kilas Balik
Mimpi Aneh Soeharto 2 Tahun Sebelum Wafat, Sempat Diceritakan Tanpa Ekspresi, Keluarga Hanya Tertawa
Dua tahun sebelum meninggal dunia, Soeharto pernah menceritakan mimpi aneh. Saat itu keluarganya hanya tertawa.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Januar
Hal itu membuat Mbak Tutut penasaran dan bertanya, apa yang membuat Soeharto sampai mengundang pengamen jalanan tersebut pada acara ulang tahun ibunya yang saat itu adalah seorang Ibu Negara.
“Bapak terkesan dengan sikap mereka. Mereka pasti kehidupannya jauh dari kemewahan. Mencari sesuap nasi dengan mengamen. Dengan tingkat kehidupan mereka seperti itu, mereka menyempatkan diri untuk mengambil waktunya, hanya sekedar memberi penghormatan pada Presidennya. Dan mereka memberikan penghormatan itu setiap Bapak berangkat maupun pulang golf, berarti mereka mencari tahu kapan bapak akan bermain golf, dan pada waktu-waktu tertentu itu mereka siap memberi penghormatan pada Bapak," ujar Soeharto menjawab pertanyaan Mbak Tutut.
Soeharto kemudian diam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya.
Beberapa detik berlalu, Soeharto malah memberikan nasehat tentang pentingnya kedisiplinan dalam meraih keberhasilan.
Dengan disiplin, semua yang dilakukan akan lebih terarah, terencana, baik, cermat, sukses, dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Nasehat Bapak itu yang selalu saya tanamkan di diri saya, dalam keseharian saya, maupun dalam saya melakukan tugas dan kewajiban saya," kata Mbak Tutut.
Hari pun berganti, seminggu setelah dipanggil Soeharto, Mbak Tutut meminta stafnya mencari para pengamen yang dimaksud oleh Bapaknya.
Akhirnya staf yang ditugasi berhasil menemukan mereka.
"Nama mereka adalah Arie Langoe alias Munari Arie, Matiyas, Obos Gembok alias Suherman, dan Yanto Bule. Kemudian saya beri tahu keinginan bapak untuk bertemu dengan mereka," ucap Mbak Tutut.
• Terbongkar Mantan Ajudan yang Disebut Penyimpan Uang Soeharto, Berani Akui Tahu Persis Nominalnya!
Berdasarkan cerita Mbak Tutut, tampak wajah keempat pengamen jalanan itu tidak karuan, antara bahagia dan tidak percaya.
“Alhamdulillah...,” serempak mereka bersyukur, salah satu dari mereka bertanya, “Ibu, kami tidak bermimpi, kan?,” cerita Mbak Tutut.
“Kalian semua tidak sedang bermimpi,” jawab Mbak Tutut.
“Bapak berkenan menerima kalian, tanggal 23 Agustus, kebetulan hari itu Ibu berulang tahun yang ke-63 tahun," begitu Mbak Tutut menjelaskan kepada para anak jalanan tersebut.
“Siap Bu...,“ serempak mereka menjawab.
“Jadi kalian selalu nunggu Bapak lewat lalu memberi hormat?,” tanya Mbak Tutut.
“Betul Bu Tutut. Kami tunggu sampai Bapak pulang, kami hormat lagi pada beliau.”
“Apa tujuan kalian melakukan semua itu?,” tanya Mbak Tutut lagi.
“Kami menghormati Presiden kami Bapak Soeharto, yang selalu memperhatikan dan mencintai rakyatnya. Kami rakyatnya akan selalu mencintai beliau. Kami sadar tidak akan mungkin bernyanyi untuk beliau, jadi saya dan Obos yang mencari cara agar Bapak Soeharto tahu bahwa kami sangat menghormati beliau, kami putuskan untuk menghormat pada beliau. Tidak mudah untuk melakukan hal tersebut, karena harus melalui penjagaan yang sangat ketat di jalan tersebut, apalagi kami pengamen. Begitu mobil bapak Presiden mulai mendekat, kami lari langsung berdiri tegap dan memberi hormat. Hal ini kami lakukan setiap Bapak Presiden lewat," Arie mewakili kawan-kawannya menjawab.
• Kemarahan Soekarno Saat Soeharto Langgar Perintahnya, Suasana Berubah Tegang, Cikal Bakal Kudeta?
Singkat cerita, sampailah pada tanggal 23 Agustus, akhirnya keempat pengamen jalanan dapat bertemu dengan Soeharto dan Ibu Tien.
Demikianlah sekelumit kisah tentang pengamen jalanan, dari trotoar menuju rumah Kepala Negara.
"Salah seorang dari mereka, telah mendahului kawan-kawannya meninggalkan dunia, yaitu Obos Gembok. Kita doakan semoga diampuni dosanya, dimaafkan kesalahannya, dan diterima seluruh amal perbuatannya. Aamiiin," ucap Mbak Tutut mendoakan mereka.
(Artikel TribunJatim.com)