Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Kemarahan BJ Habibie Saat Ditekan Soal Kasus Timtim, Dubes Jepang Sampai Malu: Jangan Main Gertak!

Kemarahan BJ Habibie Saat Ditekan Soal Kasus Timtim, Dubes Jepang Sampai Malu: Jangan Main Gertak!

Penulis: Januar AS | Editor: Sudarma Adi
TRIBUN LAMPUNG
Kemarahan BJ Habibie Saat Ditekan Soal Kasus Timtim, Dubes Jepang Sampai Malu: Jangan Main Gertak! 

Kemarahan BJ Habibie Saat Ditekan Soal Kasus Timtim, Dubes Jepang Sampai Malu: Jangan Main Gertak!

 TRIBUNJATIM.COM - Presiden Ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie pernah marah besar terhadap para duta besar (dubes) dari negara lain.

Kemarahan Habibie tersebut terkait tekanan luar negeri terhadap Indonesia soal kasus Timor Timur (Timtim).

Habibie sendiri naik menjadi presiden setelah menggantikan Soeharto.

Kekuasaan Soeharto tumbang saat badai krisis moneter menerpa Indonesia pada 1997 hingga 1998.

Pengakuan Ajudan Saat Bantu Soekarno Melarikan Diri Ketika Soeharto Berkuasa, Gagal karena 1 Hal

Pesan Terakhir Soeharto Sebelum Wafat Dibongkar Anak, Tutut Sampai Menangis, Ingatkan Jangan Dendam

Sehingga, pada medio 1998 Soeharto pun mengundurkan diri.

Soeharto kemudian digantikan oleh Habibie.

Saat menjadi presiden, sejumlah kebijakan pun diambil oleh Habibie.

Satu di antaranya terkait kemerdekaan Timor Timur.

Ada sebuah kisah menarik terkait proses pemisahan Timor Timur dari Indonesia.

Itu seperti yang terdapat dalam buku "MR Crack dari Parepare" karangan A Makmur Makka, tahun 2018 lalu.

Buku itu menceritakan Habibie pernah marah besar kepada lima orang duta besar dari luar negeri.

Penyebabnya, para dubes tersebut secara diplomatis menyiratkan, hubungan antara Indonesia dengan negara-negara terkait dapat terganggu, apabila Indonesia masih belum mengubah sikapnya untuk membuka kemungkinan datangnya pasukan PBB ke Timor Timur.

Mendengar keinginan itu, seketika mata Habibie pun berbinar tajam dan menggertak mereka.

"So what....?" gertak Habibie.

Habibie kemudian melanjutkan kalimatnya, dan masih menggunakan bahasa Inggris.

"Kalian jangan mendikte saya. Langkah yang saya ambil dalam penyelesaian Timtim itu berdasarkan atas pertimbangan bahwa hal ini adalah yang terbaik buat bangsa saya," ujar Habibie.

Tidak cukup sampai di situ, Habibie masih melanjutkan ungkapan ketidaksenangannya terhadap tekanan itu.

"Yang patut mengatakan kepada saya adalah 211 juta bangsa saya, bukan Tony Blair bukan Clinton atau siapa saja. Saya tidak takut dengan gerakan kalian. Saya takut kepada Tuhan saya. Mengapa pikiran kalian terlalu sempit, dengan memandang bahwa 700 ribu orang Timtim seolah lebih penting dari 211 juta bangsa Indonesia, "ujar Habibie.

"Negeri kalian jauh letaknya dari Asia Tenggara, dan tidak akan merasakan apa-apa kalau terjadi ledakan ketidakstabilan di kawasan ini. Kalau kalian merasa sebagai sahabat dan ingin membantu, berilah kami sumbangan pikiran yang objektif.

Jangan kalian coba-coba mengintimidasi kami hanya berdasarkan rekayasa pemutarbalikkan fakta oleh media massa. Saya tahu jangankan di luar negeri, 95 persen pers nasional tidak suka pada saya. Namun, saya selalu terbuka untuk usul-usul yang baik. Sekali lagi jangan main gertak seperti itu," tandas Habibie.

Mengetahui sikap Habibie seperti itu, para duta besar itu pun tampak menciut.

Dubes Jepang sampai tampak tersipu malu.

Sedangkan, Dubes dari Inggris yang awalnya percaya diri, terlihat menurunkan nada bicaranya.

Permintaan Habibie saat Jadi Presiden Ingin Bertemu Soeharto Ditolak, Akhirnya Alasan Kini Terkuak

Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie ternyata pernah memiliki cerita tak terlupakan terkait Soeharto.

Seperti diketahui bersama, Presiden kedua Indonesia, Soeharto pada tahun 1968 dilantik menjadi presiden.

Soeharto dilantik menggantikan Soekarno sebagai Presiden Indonesia selanjutnya.

Tetapi Soeharto menjadi Presiden ke-2 RI dengan masa pemerintahan yang begitu panjang.

Soeharto hampir memerintah Indonesia selama 32 tahun lamanya.

Pemerintahannya berakhir pada tahun 1998.

Pada akhirnya, ia pun jatuh dari kekuasaannya dengan berbagai peristiwa yang tercatat dalam sejarah.

Salah satunya adalah peristiwa Mei 1998 yang melanda Indonesia.

Saat itu muncul gelombang reformasi dan krisis multidimensi.

Sejumlah harga kebutuhan pokok meningkat pesat.

Kondisi itu diperparah munculnya sejumlah kerusuhan di berbagai kota di Indonesia.

Para mahasiswa pun melakukan demonstrasi besar-besaran di Jakarta.

Hingga pada akhirnya membuat Soeharto memutuskan mundur dari jabatannya sebagai seorang presiden.

Meski tak lagi menjadi menjadi presiden, Soeharto rupanya masih memiliki sejumlah kisah menarik.

Satu di antaranya seperti yang disampaikan oleh mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie.

Habibie menuliskan kisah itu dalam bukunya yang berjudul "Detik-Detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi" tahun 2006 lalu.

Dalam buku itu, Habibie mengungkapkan pada suatu ketika, tepatnya pada tanggal 9 Juni 1998, dia ingin bertemu dengan Soeharto.

Saat itu, Habibie yang menjadi presiden, karena Soeharto sudah lengser.

Oleh karena itu, Habibie pun berusaha menghubungi Soeharto via telepon.

"Pak Harto, saya mohon Bapak berkenan menerima saya. Saya mohon penjelasan dan saran Bapak mengenai semua yang telah terjadi," ucap Habibie saat itu.

Mendengar permintaan Habibie, Soeharto pun menjawabnya.

"Tidak menguntungkan bagi keadaan sekarang, jikalau saya bertemu dengan Habibie. Laksanakan tugasmu dengan baik, saya hanya dapat melaksanakan tugas sampai di sini. Saya sudah tua," jawab Soeharto.

Habibie kemudian menanggapi lagi jawaban Soeharto tersebut.

"Pak Harto, untuk dapat melanjutkan tugas dengan baik dan untuk menjawab beberapa pertanyaan, penting sekali pertemuan dengan Bapak," ujar Habibie.

Namun, lagi-lagi Soeharto menolak keinginan Habibie tersebut.

"Laksanakan saja tugasmu dengan baik, saya doakan agar Habibie selalu dilindungi Allah SWT dalam melaksanakan tugas. Kita nanti bertemu secara bathin saja," tandas Soeharto. (Januar Adi Sagita/TribunJatim.com)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved