Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Alasan Sebenarnya Soeharto Copot Jenderal Hoegeng Imam Jadi Kapolri, Berawal dari Kasus 'Sum Kuning'

Jabatan Jenderal Hoegeng Imam Santoso tiba-tiba dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971. Apa yang terjadi?

Penulis: Ani Susanti | Editor: Arie Noer Rachmawati
Hendranto, Pat dan Repro via Kompas.com
Alasan Sebenarnya Soeharto Copot Jenderal Hoegeng Imam Jadi Kapolri, Berawal dari Kasus 'Sum Kuning' 

TRIBUNJATIM.COM - Alasan Sebenarnya Soeharto Copot Jenderal Hoegeng Imam Jadi Kapolri, Berawal dari Kasus 'Sum Kuning'

Inilah kisah tentang mendiang perwira tinggi polisi, Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Jenderal Hoegeng Imam Santoso menjabat sebagai Kapolri sejak 9 Mei 1968.

Namun, saat duduk di puncak kariernya, Jenderal Hoegeng Imam Santoso justru harus menelan pahitnya kenyataan.

Jabatan Jenderal Hoegeng Imam Santoso tiba-tiba dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971.

Apa yang terjadi?

Simak kisahnya berikut ini.

Pesan Terakhir Soeharto Sebelum Wafat Dibongkar Anak, Tutut Sampai Menangis, Ingatkan Jangan Dendam

Dilansir dari Kompas.com via TribunJabar (grup TribunJatim.com), sebelumnya, Jenderal Hoegeng Imam Santoso sempat ditawari menjadi duta besar Swedia dan Belgia.

Namun, tawaran itu ia tolak mentah-mentah.

Jenderal Hoegeng Imam Santoso bersikukuh ingin mengabdikan dirinya di tanah air.

Namun, fakta berkata lain.

Usianya yang masih 49 tahun harus digantikan senior yang berusia empat tahun lebih tua, Jenderal Moh Hasan.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng Imam Santoso terpaksa pensiun dini pada usia yang masih produktif.

Mencuat pertanyaan banyak pihak mengapa Jenderal Hoegeng pensiun dini.

 Kisah Benny Moerdani Gagalkan Rencana Penculikan AH Nasution, Sampai Rela Tangkap Komandan Kopassus

Soeharto dan Kapolri Hoegeng
Soeharto dan Kapolri Hoegeng (kolase Tribun Timur, Intisari)

Ternyata, sebelum dipensiunkan dini oleh Presiden Soeharto, Jenderal Hoegeng Imam Santoso tengah mengusut tuntas kasus pemerkosaan.

Kasus pemerkosaan ini dikenal sebagai kasus Sum Kuning.

Kasus pemerkosaan ini menimpa seorang gadis berusia 18 tahun, Sumarijem.

Melansir dari Intisari (grup TribunJatim.com), Sumarijem adalah seorang penjual telur.

 Pengakuan Hendropriyono Soal Jawaban Sintong Panjaitan Saat Dirinya & Kopassus Terkepung: Saya Benci

Pada 21 September 1970, Sum diseret oleh sejumlah pria tak dikenal.

Ia dimasukan ke dalam mobil, kemudian dibius.

Ia lalu diperkosa di kawasan Klaten secara bergilir oleh sejumlah pria tak dikenal itu.

Puas melampiaskan hasratnya, sejumlah pria tak dikenal tersebut lengsung menelantarkan Sum di pinggir jalan.

Sum tak mau tinggal diam, ia lantas melaporkan kejadian itu pada pihak kepolisian.

Dengan dalih mencari keadilan.

Namun, Sum justru balik diserang pihak berkuasa.

Ia malah dijadikan tersangka atas tuduhan laporan palsu.

 Nasib Pilot TNI AU yang Marah Prajurit Makan Cuma Pakai Tempe, Semangat Hilang saat Ingat Soeharto

Sum bahkan dituding sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

Ia dituntut tiga bulan penjara dan satu tahun masa percobaan.

Namun, majelis hakim menolak tuntutan itu karena tak terbukti membuat laporan palsu.

Akhirnya, Sum pun dibebaskan dari hukuman.

Namun, polisi justru menunjukkan sosok yang disebut orang yang telah memerkosa Sum.

Ia bernama Trimo, seorang penjual baso. Namun, Trimo justru mengelak semua tuduhan tersebut.

Kemudian, terkuak pula fakta lain dari hasil putusan sidang.

Alasan Soeharto Tak Singkirkan Pejabat yang Berkhianat Dibongkar Mantan Panglima, Padahal Terpukul

Rupanya, Sum mengalami hal memilukan di dalam tahanan.

Sambil dianiaya, Sum dipaksa mengakui pelakunya adalah Trimo.

Tidak hanya Sum yang dianiaya, Trimo pun mengalami hal yang sama saat diperiksa polisi.

Melihat peliknya kasus ini, Jenderal Hoegeng Imam Santoso pun turun tangan.

 Momen Mahasiswa yang Lengserkan Soeharto Bertamu Pasca Tragedi, Ekspresi Berubah saat Pintu Ditutup

Setelah Sum bebas, Jenderal Hoegeng Imam Santoso memerintahkan Komjen Suroso mencari orang yang mengetahui fakta dibalik pemerkosaan Sum.

Ia bahkan membentuk tim khusus yakni Tim Pemeriksa Sum Kuning.

“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” ujar Jenderal Hoegeng Imam Santoso, seperti dikutip Intisari.

Akibatnya, kasus ini semakin menjadi sorotan media massa.

 Penyesalan Soeharto Tak Dengarkan Benny Moerdani, Nangis Sebelum Sang Jenderal TNI Wafat: Kamu Benar

Tersiar pula bahwa pelakunya adalah sejumlah sejumlah anak pejabat dan anak seorang Pahlawan Revolusi.

Namun, mereka tetap membantah tuduhan tersebut.

Presiden Soeharto pun akhirnya ikut ambil langkah.

Kasus ini dinilai guncangkan stabilitas nasional.

Akhirnya, ia memerintahkan penghentian kasus ini dan diserahkan ke tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.

Kemudian, pada sidang lanjutan kasus Sum, polisi pun mengumpulkan 10 tersangka.

Namun, mereka bukanlah anak penjabat yang Sum tuduhkan.

Mereka bahkan membela diri dan menyebut siap mati demi menolak tuduhan itu.

 Sebelum Bu Tien Wafat, Soeharto Alami 3 Peristiwa Tak Biasa, Ada Hujan Badai hingga Tatapan Kosong

Pada akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa berkutik karena dipensiunkan dini.

Kariernya yang tiba-tiba merosot, membuat Jenderal Hoegeng Imam Santoso mengembalikan semua barang yang dipakai saat menjadi Kapolri.

Kemudian, ia pun langsung menghampiri sang ibu.

Momen ini dituliskan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan seperti yang dikutip Intisari.

"Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu," kata Jenderal Hoegeng bersimpuh di depan ibunya.

 3 Jenderal TNI Pernah Permalukan Soeharto, Nasib Tragis Menyambut, Ada yang Korban Pembunuhan Keji

Namun, ibunya tetap menenangkan sang anak.

"Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam," kata sang ibu.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng Imam Santoso pun tak bisa lagi unjuk gigi memberantas kejahatan.

Ia bahkan harus hidup sengsara selama bertahun-tahun.

Melansir dari Kompas.com, putra Heogeng, Aditya Soetanto sempat blak-blakan bahwa ayahnya hanya menerima uang pensiun Rp 10 ribu setiap bulan.

Cerita Pengawal Soeharto Kala Sang Presiden Lengser, Ada Perubahan hingga Sang Ajudan Sampai Malu

Jenderal Hoegeng Imam Santoso pun harus banting setir untuk menafkahi keluarganya.

Ia menjelma menjadi seorang pelukis dan menjual lukisannya.

Namun, hasil penjualan dari lukisan tak seberapa.

Ia bersama keluarganya harus mengalami masa yang sangat sulit.

Ia harus banting tulang karena tak memiliki aset mahal dan berharga.

Setelah bertahan 10 tahun, akhirnya ia mendapatkan penyesuaian uang pensiun menjadi Rp 1 juta, pada 2001.

Tiga tahun kemudian, ia meninggal dunia karena sakit.

Artikel ini pernah tayang di TribunJabar.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved