Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Intip Peninggalan Perkebunan dan Pabrik Kopi Era Belanda di Trenggalek, Pecinta Kopi Wajib Datang!

Beginilah penampakan peninggalan perkebunan dan pabrik kopi era Belanda di Trenggalek. Pecinta kopi wajib datang!

SURYA/AFLAHUL ABIDIN
Suasana bekas pabrik kopi era Belanda yang masih bisa difungsikan saat ini di Dilem Wilis. 

“Di zaman Jepang, sekitar 1942 sampai 1943, pabrik ini terancam punah. Jepang pernah bermaksud meledakkan pabrik ini. Kopi juga diganti dengan jagung putih. Tapi ternyata bangunannya masih bisa berdiri,” kata Bupati yang akrab disapa Mas Ipin itu.

Konon, di zaman dulu, pabrik ini bisa memproduksi kopi hingga 5 ton sehari. Jumlah yang cukup fantastis untuk ukuran pabrik di zaman itu.

Dari HGU ke HPL

Sejak beberapa tahun terakhir, Dilem Wilis dikembangkan dengan konsep argowisata.

Ada taman teknologi pertanian yang dipakai untuk mengelola berbagai jenis tumbuhan bernilai ekonomis. Contohnya pengelolaan minyak atsiri.

“Ada juga kandang koloni untuk sekian puluh sapi perah. Di sana pengunjung yang datang bisa belajar cara mengelola sapi susu perah,” kata Kholik.

Akhir Desember nanti, Hak Guna Usaha (HGU) Dilem Wilis akan habis.

Sering Lesu dan Letih? Simak Gejala Anemia dan Penyebabnya Versi Dokter Spesialis MedicElle Clinic

Pemkab Trenggalek berencana mengurus Hak Pengelolaan Lahan (HPL) sebagai gantinya.

Dengan menjadi HPL, pengelolaan argowisata itu tak hanya menjadi wewenang Dinas Pertanian saja -- seperti saat ini.

Dinas pariwisata hingga swasta pun bisa turut ambil bagian dalam mengembangkan Dilem Wilis.

“Tapi itu ada syaratnya, antara lain harus ada rencana penggunaan lahan dalam jangka panjang dan pendek. Itu yang Dinas Pertanian sudah susun masterplan. Tapi dengan berkembangnya waktu, perlu kami review kambali,” kata Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan SDM Pemkab Trenggalek Sri Muharti.

Dengan HPL, pemkab bisa lebih leluasa memperuntukan Dilem Wilis.

Sri bilang, akan ada penambahan area outbond di lokasi itu. Hal ini untuk mendorong orang datang ke Dilem Wilis.

The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang, Mempertanyakan Ulang Kepercayaan yang Diyakini

Data Kecamatan Bendungan menunjukkan sekitar 100 orang datang per hari di akhir pekan dan hari libur.

Sementara di hari kerja, kunjungan ke Dilem Wilis tergorong sepi.

Camat mengakui, promosi tempat itu belum maksimal.

“Ke depan saya berharap bisa bekerja sama dengan Dinas Pariwisata untuk pengelolaannya. Sehingga bisa lebih terangkat,” tutur dia. (Surya/Aflahul Abidin)

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved