Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Angkat Seniman Sukses di AS Lewat Bali: Beats of Paradise, Livi Zheng Ingat Kisah Hidupnya Sendiri

Angkat Seniman Sukses di AS Lewat Bali: Beats of Paradise di Blitar, Livi Zheng Ingat Kisah Hidupnya Sendiri.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Sudarma Adi
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
I Nyoman Wenten, seniman asal Bali yang diangkat kisah perjalanan hidupnya oleh sutradara Livi Zheng di film Bali: Beats of Paradise 

Angkat Seniman Sukses di AS Lewat Bali: Beats of Paradise, Livi Zheng Ingat Kisah Hidupnya Sendiri

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Film Bali: Beats of Paradise ini sedikit berbeda dengan dua film lain yang juga disutradarai Livi Zheng.

Jika di dua film sebelumnya, yaitu, Brush With Danger dan Insight bertema action, film Bali: Beats of Paradise ini lebih ke drama dokumenter.

Serunya Penonton Lihat Tayangan Bali: Beats of Paradise di Blitar, Emak-emak Ajak Foto Livi Zheng

Resmi Bertarif Rp 898 Setiap Kilometernya, Balik Modal Tol Pandaan-Malang Diperkirakan 25 Tahun

Kota Blitar Masih Kekurangan Satu Puskesmas Pembantu, Dinas Kesehatan Usulkan Pembangunan di Tlumpu

"Saya backgroundnya bela diri. Film-film saya sebelumnya lebih bertema action. Tapi film yang sekarang ini lebih ke drama, ada kisah percintaannya juga," kata Livi Zheng, sebelum pemutaran perdana film Bali: Beats of Paradise di Bioskop CGV Cinemas Blitar Square, Selasa (6/8/2019) malam.

Film Bali: Beats of Paradise mengangkat kisah nyata perjalanan hidup seniman asal Bali, I Nyoman Wenten. Wenten merupakan penari sekaligus seniman gamelan asal Bali yang sukses di Los Angeles, Amerika Serikat.

Dalam film itu diceritakan bagaimana Wenten mengenal dan menekuni instrumen tradisional gamelan Bali sejak kecil.

Wenten yang ditinggal mati ibunya sejak usia dua tahun sempat hidup menderita. Wenten hidup bersama ayahnya. Wenten akhirnya menekuni belajar gamelan.

Film itu juga menceritakan Wenten merantau dan menetap di Los Angeles. Wenten yang datang dari desa akhirnya sukses di Los Angeles.

Wenten mengajar di tiga sekolah di Amerika Serikat, yaitu, di Departemen Jurusan Etnomusikologi UCLA, Herb Alpert School of Music, dan California Institute of the Arts.

"Kisah perjalanan Wenten ini seperti mengingatkan perjalanan saya. Saya juga berasal dari desa dan berjuang di negara orang lain," ujar Livi.

Film ini juga menceritakan kolaborasi antara Wenten dengan musisi dunia Judith Hill. Keduanya menggarap lagu Queen of the Hill, yang menggabungkan gamelan Bali, tari Bali dengan musik barat bergenre funk.

Selain Judith Hill, film itu juga mengangkat gitaris jazz asal Bali, I Wayan Balawan. "Film ini berdurasi sekitar satu jam. Pembuatannya selama setahun mulai 2017 dan selesai 2018. Lokasi syutingnya, dua kali di Bali, Los Angeles, dan Boston," katanya.

Dalam film ini, Livi ingin memperkenalkan gamelan Bali ke dunia. Menurutnya, suara instrumen gamelan Bali kerap dimasukkan dalam film-film Hollywood sebagai pengiring adegan seperti di film Avatar.

"Banyak orang tidak tahu dari mana asal instrumen itu. Lewat film ini saya ingin mengenalkan bahwa gamelan Bali itu merupakan seni budaya asli Indonesia," katanya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved