Dedikasi Dokter Dian Gratiskan Biaya Pengobatan Pada Warga Miskin & Pasien Bayar Pakai Hasil Bumi
Dedikasi Dokter Dian Gratiskan Biaya Pengobatan Pada Warga Miskin & Pasien Bayar Pakai Hasil Bumi.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Sudarma Adi
Dokter Dian juga tercatat aktif di organisasi sosial seperti di kelompok dampingan sebaya untuk Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) selama 11 tahun, Komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI) ,Buruh Migran Indonesia (BMI) 2 tahun dan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu (Gerkatin) dan Komunitas Tuli Kabupaten Malang.
"Dari segi materi, berbagi tidak harus menunggu kaya tapi karena saya pernah dan bisa merasakan yang mereka rasakan.
Berbagipun menumbuhkan cinta kasih yang sangat luar biasa efeknya bagi diri kita sendiri maupun sesama. Jadi bersifat Holistik penyembuhannya," pungkasnya.
Ditambahkannya, sebenarnya bukan tidak mematok harga karena sudah ada harga standar pengobatan. Ia menerapkan tarif standar bagi pasien yang mampu.
Akan tetapi ada juga yang tidak dipatok bagi mereka kurang beruntung atau kurang mampu. Pihaknya memberikan pengobatan selalu dengan terapi ataupun obat yang dibawa pulang.
"Dimulai sejak orang tua saya dahulu hingga sekarang saya tinggal meneruskan. Dan InsyaAllah akan berlangsung seterusnya, karena tidak akan habis harta kita hanya karena berbagi saja, selalu ada rejeki dari arah tak disangka-sangka," tuturnya.
Dokter Dian yang merupakan alumni SMAN 5 Malang ini mempunyai keinginan yang hingga kini belum terwujud. Keinginannya
adalah bisa menyediakan mobil ambulans gratis bagi masyarakat tidak mampu.
Pasalnya, dari pengalamannya banyak pasien tidak mampu yang berasal dari rujukan desa lain kesulitan berobat karena terkendala jauh jaraknya lebih dari 20 kilometer.
Bahkan ada pasien yang berobat hingga menyewa angkutan umum untuk berobat di tempat praktiknya. Terkadang ada pasien yang tidak bisa pulang karena kondisi fisiknya. Karena merasa iba ia secara sukarela memakai uang pribadinya untuk menyewakan mobil ambulans atau mobil angkutan umum mengantarkan pasiennya pulang ke rumahnya.
"Keinginan jangka pendek ada mobil ambulans gratis untuk masyarakat tidak mampu karena disini kebanyakan pasien dari pelosok desa yang kondisi finansial tidak mampu. Selain itu, saya bisa memberikan pelayanan yang semakin baik lagi nantinya," imbuhnya.
Meski kenyataannya sekolah kedokteran tidak mudah apalagi membutuhkan biaya tinggi tidak pernah terbersit sedikitpun dibenaknya untuk mengembalikan dana pendidikan yang sudah dikeluarkan.
Dia seakan-akan tidak memburu materi hasil dari praktik itu cukup untuk makan sehari-hari kebutuhan tiga anaknya tercukupi. Sudah pasti ada dana pribadi dikorbankan. Untuk waktu yang tersita untuk kegiatan sosial didukung oleh keluarganya.
Saat ini ia selalu melibatkan anak-anaknya saat memberikan pelanggan terhadap masyarakat miskin. Ia berupaya menduplikasi apa yang dilakukan oleh orang tuanya untuk diterapkan ke anak-anaknya.
"Karena semua mengalir apa adanya yang terpenting adalah bisa memberikan pelayanan kesehatan dengan baik dan banyak memberikan manfaat bagi sesama adalah berkah yang luar biasa," terangnya.
Wanita kelahiran 14 Februari 1977 ini mempunyai pengalaman paling berkesan ketika melayani pasien dengan kriteria yang dibebaskan biaya. Terutama difabel lantaran selama ini mereka selalu termarginal atau kadangkala tidak mendapatkan perlakuan yang sama.
"Ketika mereka mendapatkan pelayanan dan menjadi lebih baik melihat mereka senang saja saya sudah sangat bahagia," ucapnya.