Jemaah Haji Indonesia Bisa Nikmati Daging Patin di Mekah, Sebagian Besar Dipasok dari Tulungagung
Jemaah Haji Indonesia Bisa Nikmati Daging Patin di Mekah, Sebagian Besar Dipasok dari Tulungagung.
Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
Jemaah Haji Indonesia Bisa Nikmati Daging Patin di Mekah, Sebagian Besar Dipasok dari Tulungagung
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Selama pelaksanaan ibadah haji 2019, salah satu menu yang disajikan untuk jemaah haji asal Indonesia adalah ikan patin.
Total kebutuhan daging patin yang dikirim dari Indonesia mencapai 300 ton.
Dari jumlah itu, 80 persen di antaranya, atau setara 240 ton berasal dari Kabupaten Tulungagung.
• Permintaan Patin Tulungagung Semakin Meningkat, Pengusaha Mengandalkan Para Mitra
• Diduga Mencabuli dan Merampas Barang Korban, Warga Semarang Ditangkap di Tulungagung
• Mau Periksa di RSUD dr Iskak Tulungagung Tanpa Antre ? Bisa Daftar di Rumah Pakai Aplikasi Si Poetri
“Karena Kabupaten Tulungagung adalah penghasil patin terbesar. Wilayah lain belum ada yang menghasilkan patin sebanyak kita,” ujar Kepala Dinas Perikanan Tulungagung Tatang Suhartono.
Daging patin yang dikirim setengahnya berupa fillet, dan setengah lainnya daging potong.
Pengiriman patin ke Arab Saudi itu atas permintaan Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI), Kementerian Agama dan pengusaha di tanah suci.
Ekspor perdana itu diharapkan menjadi langkah awal, untuk menawarkan patin Indonesia ke luar negeri.
“Setelah ibadah haji belum ada lagi permintaan. Kami sedang menjajaki untuk keperluan ibadah umrah,” sambung Tatang.
Saat di puncak produksi, pembudidaya patin Tulungagung bisa menghasilkan 50 ton per hari.
Sedangkan di masa paceklik patin seperti saat ini, produksi turun sekitar 35 ton per hari.
Selama ini patin asal Tulungagung banyak digemari karena tidak berbau tanah, dan berwarna putih.
“Yang paling penting tidak berbau tanah itu. Karena kalau bau tanah, orang sekali makan tidak akan mau lagi mencoba,” tutur Tatang.
Saat ini ada sekitar 600 pembudidaya patin di Tulungagung, dengan luas lahan mencapai 60 hektar.
Popularitas patin bahkan sempat menggeser gurami.
Meski ada 7000 lebih pembudidaya gurami, namun volume produksi masih kalah dengan patin.
Salah satu sebabnya karena masa pemeliharaan gurami yang lebih lama.
Sebelumnya para pembudidaya gurami ini banyak yang beralih ke patin, karena menilai lebih menjanjikan