Sistem Satu Kasir di Sentra Wisata Kuliner Dharma Husada Bikin Antre Panjang, Ini Kata Pedagang
Sistem satu kasir tengah diujicobakan di Sentra Wisata Kuliner (SWK) Dharmahusada setelah sebelumnya sempat dijajal di Convention Hall
Penulis: Delya Octovie | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sistem satu kasir tengah diujicobakan di Sentra Wisata Kuliner (SWK) Dharma Husada setelah sebelumnya sempat dijajal di Sentra Wisata Kuliner Convention Hall.
Ditemu Surya pada Senin (2/9/2019), Syafi'i Solahudin, penjual nasi goreng krengsengan di Sentra Wisata Kuliner Dharma Husada, mengatakan percobaan sudah berjalan selama dua minggu.
Namun, sistem satu kasir baru diberlakukan mulai sore hari saja, sejak pukul 17.00 WIB.
Dia mengklami, uji coba sistem satu kasir ini malah membuat alur pembayaran menjadi lebih lamban.
(Wajah Baru Eks Pasar Kedinding Surabaya, Bakal Jadi Taman Air Mancur dan Sentra Wisata Kuliner)
"Maka dari itu kami minta dua kasir ke Dinkas Koperasi, jadi training lagi. Masalahnya, kalau satu kasir saja, itu antrenya panjang, semrawut," tutur Syafi'i, Senin (2/9/2019).
Pedagang lainnya, Sulastri mengaku sistem ini tidak cocok dilakukan terlebih saat jam makan siang.
Menurutnya, jam makan siang pegawai kantoran biasanya hanya sekitar 30 menit.
Sistem satu kasir dinilai malah akan menghabiskan jatah makan siang pegawai untuk mengantre membayar makanan.
"Siang begini belum ada (satu kasir), soalnya istirahat cuma 30 menit, jadi kami minta malam saja. Tapi nanti pasti ada untuk siang," kata Sulastri.
Kendati begitu, menurut Sulastri, sistem satu kasir di malam hari pun tetap akibatkan antrean panjang.
Syafi'i menuturkan, para pembeli sampai komplain dan mengatakan tidak mau datang bila harus antre lama.
"Kalau malam itu kan pengunjung keluarga yang datang, itu banyak yang komplain, malas antre lama-lama," ucap Sulastri.
"Kami sebenarnya setuju tidak setuju (sistem satu kasir), tapi bagaimana, itu sudah prosedur. Banyak yang komplain soalnya. Tapi kalau nantinya untuk lebih baik, insyaallah setuju," ujarnya.
Kembali ke Syafi'i, dia mengakui bahwa sistem satu kasir bisa dimanfaatkan untuk memantau omzet dan melihat menu atau pedagang mana yang kurang laris.
Dengan ini Pemerintah Kota Surabaya bisa membantu meningkatkan lewat analisis dan pelatihan-pelatihan.