Warga Desa Tlasih Sidoarjo Protes Cium Bau Busuk Limbah Olah Plastik Bertahun-tahun, Selokan Ditutup
Warga Desa Tlasih Sidoarjo Protes Cium Bau Busuk Limbah Olah Plastik Bertahun-tahun, Selokan Ditutup.
Penulis: M Taufik | Editor: Sudarma Adi
Warga Desa Tlasih Sidoarjo Protes Cium Bau Busuk Limbah Olah Plastik Bertahun-tahun, Selokan Ditutup
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Sejumlah warga Desa Tlasih, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo protes.
Mereka tak kuat lagi menahan bau busuk dari selokan yang teraliri limbah home industri pengolahan sampah plastik di desa setempat.
Warga memutuskan untuk menutup selokan di kampung yang teraliri air limbah itu. Sebagian saluran air itu ditutup menggunakan tanah, agar limbah tak mengalir lagi di sana.
• BREAKING NEWS - Gudang Kayu di Buduran Sidoarjo Terbakar Hebat
• Pejalan Kaki Tewas Usai Ditabrak Oleh Pengendara Motor Di Gedangan Sidoarjo
• Keluhan Warga Pakai Smart SIM Tapi Belum Bisa e-Money, Kasatlantas Polresta Sidoarjo: Masih Uji Coba
"Sudah bertahun-tahun ini. Baunya busuk dan sangat menyengat. Selain itu, sumur-sumur warga juga tercemar. Kalau dipakai mandi, jadi gatal-gatal," ungkap Mustofa, warga setempat, Senin (30/9/2019).
Disebut dia, sudah sekitar tujuh tahun home industri itu beroperasi. Dan selama itu, warga harus menanggung bau busuk serta beberapa pencemaran lingkungan lainnya.
"Warga sudah protes ke pengelolanya, mengadu ke perangkat desa, dan sebagainya. Tapi tetap saja," lanjut pria ini.
Ya, air yang mengalir di saluran selokan desa itu memang berwarna hitam pekat. Baunya busuk. Di salah satu titik, limbah dari tempat pengolahan plastik di sana memang mengalir langsung ke selokan kampung.
"Warga RT 1 dan RT 2 yang paling merasakan dampaknya. Makanya, warga berharap segera ada solusi terkait persoalan ini. Warga sudah sangat resah," ujar Hendra, juga warga di kampung tersebut.
Persoalan ini juga sudah sampai di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo. Kepala Dinas Sigit Setyawan bersama tim juga sudah turun langsung ke sana, Senin siang.
Petugas DLHK sempat berkoordinasi dengan beberapa warga dan pihak pengelola. Selain itu, petugas juga mengambil sampel air sumur warga, dan sampel limbah cair dari lokasi yang dikunjunginya itu.
"Sampel ini kami bawa ke lab untuk diuji kandungannya. Apakah mengandung limbah B3, dan apakah air sumur warga benar-benar tercemar, hasil lab akan menunjukkannya," kata Sigit di sela sidak.
Diakuinya, secara kasat mata memang limbah berwarna hitam dan baunya juga menyengat. Namun untuk memastikan kandungannya, tetap harus melalui uji laboratorium.
"Biasanya selesai dalam dua minggu. Dari sana akan diambil kesimpulan, untuk melakukan tindak lanjut atas keluhan warga ini," imbuh mantan Kepala Dinas PUPR tersebut.
Dalam tidaknya, Sigit juga mengecek kelengkapan dokumen perizinan home industri pengolahan limbah plastik itu. Pihak pengelola diwajibkan melengkapi semua perizinannya, jika memang kurang lengkap.
Rury, pengelola industri pengolahan sampah itu juga berjanji akan melengkapi perizinannya. Pihaknya juga sepakat, untuk tidak lagi membuang limbahnya melalui saluran air atau selokan kampung, supaya tidak meresahkan warga.
"Kami bukan industri, tapi hanya jasa pengolahan plastik. Ada orang bawa sampah plastik ke sini, kami giling, kemudian dibawa lagi. Limbahnya itu juga laku dijual," kata Rury.
Tentang limbah yang dikeluhkan warga, diakui bahwa air limbah selama ini mengalir ke selokan kampung. "Tapi kami sudah pasang penyaring. Kalau memang masih bau, berarti kemungkinan ada kebocoran atau ada yang terbawa air," dalihnya.
Di hadapan warga dan petugas DLHK yang turun ke sana, dia berjanji akan memperbaiki semua. Tidak membuang limbah ke selokan warga, dan dilengkapi semua dokumen perizinannya