Kisah Yuliati, Penggagas Kelompok Perajin Batik di Malang, Gerilya & Ajari Korban KDRT Membatik
Kisah Yuliati, Penggagas Kelompok Perajin Batik di Malang, Gerilya & Ajari Korban KDRT Membatik.
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Sudarma Adi
Untuk warna, mereka memadukan pewarna alami dan sintesis. Pewarna alami berasal dari tanaman, kayu dan daun.
“Proses ini sangat susah. Bahkan saya harus keliling Gondanglegi dulu,” ujar Yuliati.
Yuliati menceritakan untuk membuat batik tulis, dibutuhkan waktu selama tujuh hari. Satu lembar kain batik tulis katun, dihargai Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.
“Kalau sutera bisa sampai Rp 2 juta,” ucapnya.
Ia mengaku kewalahan melayani permintaan batik tulis yang datang dari para konsumen. Selain dipasarkan offline, para perajin juga menjual batiknya menggunakan media sosial alias online.
Kini, Citra Gendis mulai merambah ecoprint. Pelanggan yang datang biasanya langsung membeli tanpa menawar terlebih dahulu.
Hingga sekarang, kelompok perajin yang merupakan mantan korban KDRT ini belum mendapat bantuan modal dan alat dari pemerintah. Segalanya mereka pikul dan jinjing secara swadaya.