Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Yuliati, Penggagas Kelompok Perajin Batik di Malang, Gerilya & Ajari Korban KDRT Membatik

Kisah Yuliati, Penggagas Kelompok Perajin Batik di Malang, Gerilya & Ajari Korban KDRT Membatik.

Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/AMINATUS SOFYA
Yuliati saat ditemui di Gondanglegi 

Kisah Yuliati, Penggagas Kelompok Perajin Batik di Malang, Gerilya & Ajari Korban KDRT Membatik

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Yuliati memegang kain berwarna putih. Canting di tangan kanannya meliuk mengikuti pola yang digambar lebih dulu. Di samping Yuliati, duduk pula perempuan lain. Mereka membatik bersama.

Yuliati adalah seorang ibu rumah tangga asal Desa Putat Kidul, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Ia menggagas kelompok perajin batik yang diberi nama Citra Gendis pada tahun 2016. Kini, kelompok itu beranggotakan 45 orang.

Portal di Jembatan Muharto Kota Malang Roboh Diterjang Mobil Pick Up, Dishub Minta Ganti Rugi

Sosok Samin Abedkhojasteh, Pebulutangkis Cantik Iran Terkesan dengan Malang & Ingin Jadi Aremanita

Tol Pandaan-Malang Seksi IV Tuntas Konstruksinya, Ditarget Bisa Beroperasi Oktober Ini

Kepada TribunJatim.com, Yuliati menceritakan 80 persen anggota Citra Gendis adalah korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tidak ingin para korban KDRT ini terus menderita, ia akhirnya membekali para perempuan ini membatik. Berbekal pengalaman bisnis yang telah ditekuni sejak tahun 2014.

“Saya ajak membatik, berdaya. Tidak lagi tergantung kepada suami,” katanya.

Awalnya kata Yuliati, tidak banyak yang tertarik mengikuti kelas membatik yang ia dirikan. Tahun 2014 misalnya, dari 25 orang yang mengikuti pelatihan, hanya tiga orang yang melanjutkan bisnis batik.

Hal itu tak menyurutkan niat Yuliati mengentaskan KDRT di Gondanglegi. Ia terus bergerilya mengajak para perempuan di sekitarnya.

“Perlembar kan saya jual Rp 200 ribu. Melihat untungnya lumayan, mulai banyak yang tertarik. Sampai sekarang sudah 45 orang anggotanya,” ucap dia.

Salah satu anggota Citra Gendis, Jamilah mengaku membatik adalah salah satu mengatasi kemelut rumah tangganya. Dalam sebulan, batik yang dibuat Jamilah mampu meghasilkan untung sebesar Rp 2 juta. Jauh dari toko kelontong yang menjadi mata pencaharian sebelumnya.

“Alhamdulillah,” katanya bersyukur.

Ia menambahkan anggota Citra Gendis cukup solid. Setiap bulan, selalu digelar pertemuan dan saling berbagi ilmu satu dengan yang lain.

“Setiap pertemuan selalu dapat ilmu baru. Kami saling tukar pikiran satu sama lain,” ucapnya.

Usung Motif Khas Gondanglegi

Batik yang dihasilkan perajin Citra Gendis sangat khas. Motif batik menampilkan buah gondang dan tebu yang menjadi ciri Kecamatan Gondanglegi.

Untuk warna, mereka memadukan pewarna alami dan sintesis. Pewarna alami berasal dari tanaman, kayu dan daun.

“Proses ini sangat susah. Bahkan saya harus keliling Gondanglegi dulu,” ujar Yuliati.

Yuliati menceritakan untuk membuat batik tulis, dibutuhkan waktu selama tujuh hari. Satu lembar kain batik tulis katun, dihargai Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.

“Kalau sutera bisa sampai Rp 2 juta,” ucapnya.

Ia mengaku kewalahan melayani permintaan batik tulis yang datang dari para konsumen. Selain dipasarkan offline, para perajin juga menjual batiknya menggunakan media sosial alias online.

Kini, Citra Gendis mulai merambah ecoprint. Pelanggan yang datang biasanya langsung membeli tanpa menawar terlebih dahulu.

Hingga sekarang, kelompok perajin yang merupakan mantan korban KDRT ini belum mendapat bantuan modal dan alat dari pemerintah. Segalanya mereka pikul dan jinjing secara swadaya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved