Mengintip Kerajinan Makrame 'Anyaman Benang' dari Jember, Ramah Lingkungan, Dinikmati Banyak WNA
Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember ternyata menyimpan potensi UMKM. Satu di antaranya, kerajinan makrame
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Arie Noer Rachmawati
"Sudah ada yang ngirim dari Bali. Kalau di Jember, harga benangnya masih mahal," imbuhnya.
Sepekan sekali, Meli mengirimkan barang ke Bali sebagai lokasi utama pemasaran.
Dia bisa mengirimkan barang sejumlah 75 biji hingga 150 biji setiap satu kali pengiriman.
• Cara Bikin Sampul Buku Pakai Kerajinan Bunga Kering Pressed Flower ala Florist ONNI House, Simak!
"Sejak kami gagas 10 tahun lalu, minat pasar masih bagus. Apalagi tiga tahun terakhir ini, kerajinan makrame ini booming," tegas ibu dua anak ini.
Meli dan suaminya, Rosyidi (37), dibantu oleh 30an orang perajin makrame di sekitar rumahnya.
Pekerja itu tidak melulu membantunya memproduksi makrame.
Jika mereka memiliki pekerjaan saat musim tembakau, maka jumlah pekerja berkurang.
Jika tidak musim tembakau, maka banyak orang bekerja kepada Meli.
Meli membuat pola, desain, dan mengajari pekerjanya mengerjakan makrame.

• Cara Membuat SKCK Online untuk Syarat Pendaftaran CPNS 2019, Simak Beberapa Hal yang Perlu Disiapkan
Dia juga mengawasi proses produksi.
Setiap satu biji kerajinan makrame membutuhkan waktu pengerjaan beragam.
"Kalau yang simpel bisa sehari dapat tiga produk. Kalau yang besar dan agak banyak polanya, seperti ayunan bisa membutuhkan waktu dua hari sampai tiga hari," imbuhnya.
Meli secara bangga menyebut kerajinan makrame ramah lingkungan.
"Karena awet bisa dipakai berkali-kali, kalau kotor tinggal dicuci saja," pungkasnya. (Surya/Sri Wahyunik)