DPRD Jatim Ragukan Isu Telur Jatim Mengandung Dioxin: Kita Jangan Kehilangan Logika!
DPRD Jawa Timur menegaskan masyarakat tak perlu gaduh menghadapi isu telur asal Tropodo, Waru, Sidoarjo yang mengandung zat berbahaya seperti dioxin.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yoni Iskandar
"Apabila dibersihkan, pipanya akan ikut terkikis dan bolong. Akibanya , uap untuk memasak kedelai tidak normal, kedelai tidak matang, maka tahu tidak diproduksi. Rugilah pengusaha," tegas Kusnadi kepada Tribunjatim.com.
Menurutnya, berbagai logika tersebut secara tak langsung mematahkan argumen isu yang beredar.
"Jadi, perlu juga direnungkan apa maksud berita itu. Jangan karena berita dari media luar negeri, kita menghilangkan logika dasar kita dalam mencermatinya," katanya.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPRD Jatim, Sahat Tua Simanjuntak. Pihaknya berharap isu telur mengandung zat beracun harus dicermati secara seksama.
Sebab, isu ini dikawatirkan akan mengganggu para produsen telur di Jawa Timur. "Kami sepakat dengan Ibu Gubernur, Khofifah Indar Parawansa. Masyarakat tidak perlu kawatir. Telur asal Jatim aman dan tidak mengandung racun," tegas Sahat.
Sebelumnya, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa telur ayam produksi Jawa Timur bebas senyawa beracun dan aman dikonsumsi.
Hal itu ditegaskan Khofifah usai meninjau peternakan masyarakat milik H Kholik di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, Minggu (17/11/2019).
Ia juga menyinggung hasil penelitian jaringan kesehatan lingkungan global International Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal merilis laporan Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain.
Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa telur dari ayam kampung yang mencari makanan di sekitar tumpukan sampah plastik, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah di dunia.
Senyawa dioksin yang ditemukan di sana adalah senyawa yang merupakan racun karena sulit dicerna dalam metabolisme tubuh. Biasanya senyawa tersebut terkontaminasi dari hasil pembakaran yang tidak sempurna dari limbah plastik.
"Jika publikasi yang di Tropodo, itu beda sekali dengan hasil produksi ayam petelor masyarakat seperti ini, ayam yang disampling di sana adalah ayam kampung yang tidak dikandangkan," tegas Khofifah.
Mantan Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini mengimbau agar masyarakat Indonesia, bukan hanya Jawa Timur saja, tidak terpengaruh hasil penelitian tersebut dan mengeneralisir informasi tersebut.
"Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan hanya 3,7 persen telur dari ayam buras atau ayam kampung. Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun," tandas wanita yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU ini. (bob/Tribunjatim.com)