Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Bersantai di 'Bukit Teletubbies' Banyuwangi
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Rabu (28/11/2019).
Penulis: Haorrahman | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Rabu (28/11/2019).
Dalam kunjungan tersebut, Risma sempat singgah dan santai sejenak di Pendopo Shaba Swagata Blambangan.
Di pendopo yang menjadi salah satu destinasi wisata di Banyuwangi tersebut, Risma didampingi Ny Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, istri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Keduanya tampak berbincang akrab mengelilingi pendopo yang arsitekturnya dirancang arsitek Adi Purnomo tersebut. Iringan angklung menambah keakraban pagi itu.
Sejak direvitalisasi dengan konsep hijau, pendopo berusia hampir 250 tahun itu telah berulang kali direviu oleh majalah arsitektur nasional dan internasional. Kunjungan wisatawan ke sana pun ramai saban akhir pekan.
Di dalam pendopo, ada gundukan tanah menyerupai bunker dengan rerumputan yang hijau, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai ”Bukit Teletubbies”.
”Ini sangat bagus sekali, bikin saya kerasan . Kalau kantor saya seperti ini, susah kerja kayaknya. Pingin nyiram-nyiram tanaman terus,” canda Risma kepada TribunJatim.com.
• DAFTAR Gaji Menteri, Staf Khusus Presiden hingga Gaji Ahok di Pertamina, Mana yang Paling Tinggi?
• Indra Bekti Tanggapi Rencana Pernikahan Richard Kevin dan Cut Tari, Beri Doa dan Dukungan
• PT Jasa Raharja Cabang Jatim Lakukan Pendataan Korban Laka Bus Kramat Jati di Tol Sumo
Risma dan Dani lalu melihat rumah khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi, yang terletak di halaman belakang pendopo.
Risma tampak mencermati detil rumah Suku Osing yang fondasinya berupa susunan rangka empat tiang kayu. Rumah itu disusun tanpa satu pun paku, tetapi menggunakan pasak pipih.
Risma memuji beberapa tanaman yang ada di sini.
"Saya kira tanaman disini sudah cukup tak perlu banyak lagi. Saya benar-benar nyaman di sini. Sebenarnya saya sering dikasih cerita tentang pendopo Banyuwangi, tapi baru kali ini bisa membuktikannya. Insya Allah saya pasti akan kembali ke sini,” katanya.
Seusai berkeliling pendopo, Risma berkesempatan membasuh muka dan merasakan kesegaran air sumur Sri Tanjung yang terletak di belakang pendopo. Sumur berusia ratusan tahun itu menjadi asal-muasal nama Banyuwangi.
Dani Azwar Anas senang bisa dikunjungi Risma.
”Beliau banyak tahu tentang pengelolaan ruang terbuka hijau, tentang taman, saya tadi sempat tanya ada saran apa untuk Banyuwangi. Menurut Bu Risma, Banyuwangi sudah bagus, ini membuat kami bangga,” kata Dani kepada TribunJatim.com.
Di sela-sela kunjungannya, Risma juga sempat mencicipi kuliner tradisional khas Banyuwangi. Sejumlah oleh-oleh makanan tradisional khas Banyuwangi juga diberikan kepada Risma, mulai dari bagiak, pia, klemben, sale pisang, ladrang, dan sebagainya. (haorrahman//Tribunjatim.com)
Liburan ke De Djawatan, Tempat Wisata Hits Banyuwangi, Mulai Rute hingga Harga Tiket Masuk
De Djawatan merupakan satu di antara obyek wisata di Banyuwangi.
Hutan dengan pepohonan trembesi yang besar ini bagaikan Hutan Fangorn dalam film The Lord of The Rings.
Inilah membuat De Djawatan banyak dikunjungi wisatawan.
Kunjungan paling banyak di De Djawatan adalah saat hari libur atau akhir pekan.
Mereka ingin berfoto dengan latar belakang hutan dengan pepohonan yang unik dan Instagramable.
Meski demikian, lokasi De Djawatan ini berada cukup terpisah dari Kota Banyuwangi.
Lokasi De Djawatan ini tepatnya berada di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi.
Rute menuju De Djawatan dari Banyuwangi
Jika ditempuh dari Kota Banyuwangi, jarak tempuh menuju De Djawatan adalah sekitar 31 kilometer ke arah selatan.
Jarak tersebut bisa ditempuh selama kurang-lebih satu jam dengan kendaraan pribadi.
Rute tempuh menuju De Djawatan dari Kota Banyuwangi pun cukup mudah.
Rute yang harus dilalui adalah jalan utama Banyuwangi-Jember ke arah selatan.
Namun sesampainya di Rogojampi, jalan utama Banyuwangi-Jember akan bercabang di sebuah pertigaan.
Jika hendak menuju De Djawatan, maka ambil jalan yang lurus ke selatan.
Selanjutnya cukup ikuti jalan utama ke arah selatan.
Nantinya perjalanan akan melewati Kecamatan Srono dan akhirnya sampai di pasar dan pertigaan Desa Benculuk, Kecamatan Cluring.
Bagi mereka yang belum pernah ke De Djawatan, cukup besar kemungkinannya untuk kebablasan saat sampai di Pertigaan Benculuk.
Itu karena plang petunjuk jalan ke De Djawatan di sana tidak terlalu besar.
Terdapat sebuah masjid bersar, Masjid Jami’ Al-Falah Benculuk di Pertigaan Benculuk.
Pintu masuk De Djawatan adalah di gang sebelah utara masjid (kanan jalan jika dari arah Kota Banyuwangi).
Harga tiket dan jam buka De Djawatan Banyuwangi
Saat sudah sampai lokasi, tampak pepohonan trembesi berukuran besar
Hal itu cukup kontras dengan suasana jalanan, terlebih sekitar Pasar dan Pertigaan Benculuk yang ramai dengan masyarakat serta kendaraan.
Sebelum masuk area De Djawatan, pengunjung harus membayar tiket masuk.
Tenang saja, harga tiket masuk yang harus dibayarkan pengunjung tidaklah mahal.
Harga tiket masuk De Djawatan Banyuwangi Rp 5.000 per orang.
Sementara tiket parkir sepeda motor Rp 2.000 saja.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/berita-banyuwnagi-wali-kota-surabaya-tri-rismaharini-mengunjungi-kabupaten-banyuwangi.jpg)