Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

UN Diganti Asesmen Kompetensi Minimum, Sutiaji Berharap Tak Ganggu Semangat Belajar Siswa

Ujian Nasional diganti asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Sutiaji berharap tak ganggu semangat belajar siswa.

Penulis: Rifki Edgar | Editor: Arie Noer Rachmawati
SURYA/RIFKI EDGAR
Wali Kota Sutiaji berharap ujian nasional yang diganti asesmen kompetensi minimum dan survei karakter tak ganggu semangat belajar siswa. 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Wacana penghapusan Ujian Nasional (UN) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Makarim ditanggapi dingin oleh Wali Kota Malang, Sutiaji.

Sutiaji menganggap, wacana tersebut nantinya jangan sampai mengganggu proses belajar dari para siswa.

Dia pun, juga tak mau berkomentar banyak untuk menanggapi terkait wacana dari Kemendikbud tersebut.

Nadiem Makarim Klarifikasi Ujian Nasional Tidak Dihapus tapi Diganti Sistem Penilaian Baru

Hanya saja, dengan nantinya dihapuskannya UN bisa semakin menambah motivasi anak untuk terus belajar.

"Ini kan masih wacana. Belum ada edaran. Wacana itu harus ada kajian, kalau ada kajian mau nggak mau harus diikuti," ucapnya kepada SURYAMALANG.COM (grup TribunJatim.com), Kamis (12/12/2019).

Orang nomor satu di Kota Malang itu menganggap, wacana penghapusan UN merupakan langkah yang tepat.

Pesan Dewan Pendidikan Jatim ke Mendikbud Nadiem Soal Sistem PPDB Zonasi Baru, Diminta Konsisten

Menurutnya, UN hanya mengarahkan kepada anak untuk semangat belajar ketika menghadapi ujian saja.

Padahal, sejak adanya sistem zonasi, nilai UN sudah tidak berpengaruh lagi.

"Sekarang mau masuk sekolah kan pakai sistem zonasi. Kalau mau masuk ke perguruan tinggi juga harus tes lagi. Jadi nilai UN saat ini tidak banyak berpengaruh," tambahnya.

Mendikbud Nadiem Makarim Hapus UN, Khofifah Bakal Kumpulkan MKKS dan Pengelola Lembaga Pendidikan

Sutiaji juga tak ingin, apabila anak didik siswa ini banyak terbelenggu oleh sistem belajar mengajar di sekolah.

Oleh karena itu, melalui pendidikan karakter yang kini sudah mulai diterapkan, diharapkan bisa mencetak anak didik yang unggul di masa depan.

"Sudah saya sampaikan dulu, ada orang tua yang satu anaknya ikut home schooling dan satu lagi sekolah. Malah yang yang pinter yang ikut home schooling. Maka dari itu, sekolah ini jangan sampai membelenggu," tandasnya.

Mendikbud Nadiem Makarim Beberkan Alasan Hapus UN: Materi UN Terlalu Padat, Bikin Stres Guru & Siswa

Sebelumnya, dilansir dari Tribunnews.com Nadiem Makarim akhirnya mencanangkan penghapusan ujian nasional (UN).

Namun, Nadiem Makarim menegaskan UN 2020 akan tetap dilaksanakan seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Nadiem menyebut UN 2020 menjadi ujian nasional terakhir dengan sistem yang sudah berlaku.

Tahun 2020 Jadi Tahun Terakhir Pelaksanaan UN, Ini Kata Mendikbud Nadiem Makarim Soal Pengganti UN

Pada 2021, nantinya UN akan diganti dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter.

"Pada 2020 UN akan dilaksanakan seperti tahun sebelumnya. Tapi, itu adalah UN terakhir (untuk metode) yang seperti sekarang dilaksanakan," ujar Nadiem Makarim, Rabu (11/12/2019).

Menurut Nadiem Makarim, penilaian kompetensi tidak akan dilakukan tepat sebelum siswa lulus sekolah.

Ujian Nasional Bakal Dihapus Tahun 2021, Mendikbud Nadiem Makarim Beberkan Pengganti UN, Apa?

"Pelaksanaan ujian (penilaian kompetensi) tersebut akan dilakukan oleh siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, misalnya kelas 4, kelas 8, atau kelas 11," ujarnya.

Dia memberikan alasan, jika dilakukan di tengah-tengah, sistem tersebut dapat memberikan waktu bagi siswa, guru dan sekolah untuk melakukan perbaikan.

"Sehingga sebelum siswa lulus, ada waktu kepada semua elemen pedidikan untuk melakukan perbaikan," tutur Nadiem Makarim.

Ujian Nasional Dihapus Mendikbud Nadiem Makarim, Terakhir di Tahun 2020, Apa Penggantinya?

Ketika penilaian kompetensi minumum dilakukan di tengah jenjang pendidikan, maka hal tersebut tak dapat diterapkan sebagai rujukan untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

"Dengan begitu, tidak lagi menimbulkan stres bagi orangtua dan anak. Karena sifat penilaian ini adalah formatif yang artinya harus berguna bagi guru, sekolah dan individu siswa untuk memperbaiki dirinya," tandasnya. (Rifki Edgar)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved