Dendam Pria Penyuka Sejenis ke Pemilik Kos Pacar, Korbannya Anak Bapak Kos, Beri 'Pelajaran Tangan'
Pencabulan dilakukan seorang pria kepada seorang pemuda yang masih berusia 16 tahun, motifnya karena kesal dengan ayah sang korban.
Penulis: Ignatia | Editor: Adi Sasono
TRIBUNJATIM.COM - Seorang pria akhirnya diadili di Pengadilan Negeri Surabaya secara tertutup, Senin, (23/12/2019).
Kasusnya adalah kasus pencabulan yang dilakukannya kepada seorang pemuda yang masih berusia 16 tahun.
Pemuda tersebut padahal bukanlah target utama sang terdakwa saat insiden terjadi.
Semua dipicu karena sakit hati berujung dendam yang diungkap oleh terdakwa.

Berikut penjelasan selengkapnya:
Carlo Dio Handoyo, adalah pria penyuka sesama jenis yang sakit hati karena kekasihnya berurusan dengan pemilik kosnya.
Carlo Dio Handoyo merasa begitu kesal melihat kekasihnya ditagih uang kos oleh si bapak kos.
Kekasih sesama jenis Carlo sebenarnya terjadi pada 12 Juli 2019 lalu.
Pria asal Blauran Surabaya ini melakukan aksi 'cabul' nya di kos pacarnya bernama Billy di Jalan Prapanca, Surabaya.

Carlo merasa begitu geram saat sang kekasih bercerita kronologi ditagih uang kos.
Terdakwa Carlo pun mendatangi kos sang kekasih.
Carlo yang awalnya ingin membalaskan dendam ke bapak pemilik kos, berubah niat setelah melihat pemuda di kos pacarnya.
Carlo melihat korban AS, anak dari pemilik kos asik main game di teras rumah.
Menurut keterangan JPU Pompy Polansky ternyata Carlo nekat mendekati korban lalu berbuat cabul.
• Sosok Lala, Siswi SMK yang Cabuli Kekasih Sesama Jenisnya di Tulungagung, Keluarganya Harmonis?
"Terdakwa lalu mendekati korban dan memijiti punggungnya dengan kedua tangannya."
"Namun, tanpa sepengetahuan korban, terdakwa membuka celananya lalu berbuat tak senonoh, hingga alat vital korban mengeluarkan cairan" terang JPU Pompy Polansky saat bacakan dakwaan di Pengadilan Negeri Surabaya secara tertutup, Senin, (23/12/2019).
Menanggapi dakwaan tersebut, pengacara terdakwa Tasya Hanafiah tak ajukan eksepsi.
Dia memilih melanjutkan perkara agar terungkap apakah kliennya ini terbukti melakukan pencabulan atau tidak.
"Terdakwa sakit hati lantaran pacarnya ditagih uang kos," jelasnya. (Syamsul Arifin/TribunJatim.com)

• Pria di Tulungagung ini Mencabuli Anak Tirinya Setiap Malam Jumat, Saat Istrinya Pergi Yasinan
• VIRAL Insiden Pria Digantung Terbalik & Dicambuki, Polisi Sebut Korban Tak Salah, Pemicunya Sepele
• Tiduri 50 Pria, Penyuka Sesama Jenis Sudah Berubah Sejak 15 Tahun Lalu, Warga Merasa Kehilangan
• Tetangga Purwanto Penyuka Sesama Jenis di Tulungagung Merasa Kehilangan, Kaget Kena Kasus Pencabulan
Kasus Pencabulan Sesama Jenis di Tulungagung, Para Korban Punya Masalah Pengasuhan Orang Tua
Ada lagi kisah pencabulan sesama jenis yang marak terjadi di Tulungagung, Jawa Timur.
MS (42) pelaku pencabulan sesama jenis terhadap anak di bawah umur kini jadi tahanan polisi.
Direktur LPA Tulungagung Winny Isnaeni saat ini mendampingi para korban untuk mengatasi masalah psikologis yang mereka terima.
Menurut Winny Isnaeni, setelah berbincang dengan korban, anak-anak ini punya masalah dengan pengasuhan.

Menurut Winny Isnaeni, ada motif finansial di balik kejadian ini. Mereka terkena tibu daya iming-iming uang dari pelaku.
“Jadi motifnya uang, tapi bukan karena gaya hidup,” ungkap Winny Isnaeni, Senin (16/9/2019).
Winny Isnaeni mengungkapkan, ada di antara mereka yang hidup terpisah dari orang tuanya.
Ada yang kos sendiri, ada yang dititipkan ke teman ibunya ada pula yang orang tuanya minggat.
Dalam kondisi yang serba kekurangan, mereka mudah terjebak bujuk rayu pelaku.
• Polda Jatim Bongkar Kasus Pemerasan Berkedok Prostitusi Sesama Jenis, Pria Asal Tuban Ditangkap
“Kondisi mereka memang rawan didekati pelaku. Kebutuhan mereka hanya bertahan hidup,” sambung Winny Isnaeni.
Anak-anak yang hidup tanpa orang tua ini sebenarnya butuh shelter.
Namun penjangkauan pemerintah selama ini belum sampai pada pengadaan shelter.
Selama ini LPA Tulungagung kerap menjadi orang tua asuh bagi anak-anak bermasalah dengan pengasuhan ini.
“Saat ini sudah ada inisiasi pengadaan shelter lewat Dinas Sosial. Selama ini shelter yang ada justru dari pihak yayasan swasta,” ungkap Winny Isnaeni.

Sekitar tahun 2011 muncul fenomena prostitusi pelajar di Tulungagung. Saat itu pelakunya para siswi SMA maupun SMK yang mengejar gaya hidup.
Fenomena ini menghilang sejalan dengan penjangkauan pada aktivis perlindungan anak, serta sosalisasi penegak hukum.
Namun kini muncul fenomena anak-anak perempuan jadi korban trafficking.
Masih menurut Winny Isnaeni, fenomena ini juga tidak lepas dari masalah pengasuhan dalam keluarga.
Rata-rata mereka kabur dari rumah karena bermasalah dengan orang tuanya.
“Dari pada di rumah dimarah-marahi mereka pilih kabur dari rumah. Kemudian di luar ketemu pelaku trafficking,” pungkasnya. (David Yohanes/Surya)