Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang 15 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, Minggu Kelabu 26 Desember 2004
Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang 15 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, Minggu Kelabu 26 Desember 2004.
Tidak hanya manusia, alam pun berduka, luluhlantak dalam sekejap, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan meranggas.
Menyisakan lumpur hitam bearoma belerang. Kemudian semua mata tertuju kepada Aceh dengan selaksa duka nestapa yang menimpa penduduknya.
* * *
Minggu kelabu itu
Minggu, 26 Desember 2004, tak pernah terbayang akan terjadi prahara, bencana gempa dan tsunami. Tidak ada firasat buruk, dan tidak pula ada tanda-tanda akan mengalami hal yang luar biasa.
Hari itu, para nelayan melaut seperti biasanya, pedagang membuka dagangannya, pengemudi menjalankan roda transportasi, aktivitas pasar tradisional disibukkan oleh transaksi jual beli, lari pagi dan jalan santai berlangsung pulasebagaimana tradisi.
Para pegawai bersama keluarga dan anak-anak memadati pantai-pantai rekreasi.
Bahkan para muda mudi sudah berada di pantai sejak malam minggu dengan bermacam aktivitas yang bernuansa hiburan. Ini merupakan kebiasaan masyarakat kota yang mendiami pesisir Aceh.
Anak-anak yang libur sekolah karena hari Minggu juga melakukan berbagai kegiatan hiburan dan olahraga, ada yang bermain di rumah, dan ada tidur-tiduran sambil menonton siaran televisi.
• 5 Video Tragedi Dahsyat Tsunami Aceh, Terjang Serambi Mekkah hingga Tewaskan Ratusan Ribu Orang
Para istri dan ibu-ibu rumah tangga melakukan rutinitasnya di rumah; ada yang mencuci pakaian, ada yang sedang bersantai sambil menonton televisi.
Masyarakat lain sibuk pula dengan berbagai kegiatan dan kesibukan masing-masing seperti hari-hari sebelumnya.
Ketika jarum jam menunjuk angka 07.58 WIB, ketenangan dan rutinitas tadi mulai terusik. Rumah, toko, gedung, pepohonan, dan "lat batat kayee batee" bergoyang keras.
• Jadi Saksi Bisu, Intip Megahnya Masjid Baiturrahman yang Kokoh Meski Diterjang Tsunami Aceh 2004
Goyangan itu cukup dahsyat dirasakan oleh seluruh masyarakat di Aceh.
Saat itu, badan manusia limbung, terjerembab ke tanah, dan ada yang harus tengkurap akibat bumi yang bergoyang melebihi.
Sejurus kemudian, banyak bangunan roboh, bahkan ada yang ditelan bumi.