Dinkes Kabupaten Tulungagung Menangangi 16 Balita Gizi Buruk Kelanjutan Tahun 2019
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menangani 36 balita yang mengalami gizi buruk atau malanutrisi.
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menangani 36 balita yang mengalami gizi buruk atau malanutrisi.
Para balita ini ditemukan merata di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung.
Bahkan temuan juga ada di wilayah perkotaan, dengan golongan ekonomi yang lebih mapan.
“Kondisi ini rata-rata dipicu karena penyakit penyerta, seperti jantung, tuberkulosis dan kanker,” terang Kepala Seksi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Gizi Dinkes Tulungagung, Siti Munawaroh.
Dari jumlah itu, sebagian adalah temuan kasus gizi buruh tahun sebelumnya, yang kondisinya tidak kunjung membaik.
Masih menurut Siti, temuan kasus karena kondisi ekonomi maupun kesalahan pola asuh saat ini sangat sedikit.
Temuan kebanyakan berasal dari para kader Posyandu, yang setiap bulan rutin menimbang dan mengukur tinggi balita.
“Dengan rutin ke Posyandu, maka pertumbuhan anak akan diketahui. Misalnya apakah berat dan tingginya sudah sesuai usia apa tidak,” tutur Siti kepada Tribunjatim.com.
• Jenazah Ria Irawan Disemayamkan di Rumah Duka Lebak Bulus, akan Dimakamkan di TPU Tanah Kusir
• 5 Gejala Penyakit Kanker Getah Bening yang Perlu Diketahui, Nyeri Dada hingga Muncul Ruam dan Gatal
• VIRAL Suami Siram Air Panas ke Tubuh Istri, Anak Meronta, Alasan Soal Semut, Kondisi Santi Memilukan
Balita dengan kondisi malanutrisi mempengaruhi pertumbuhannya.
Karena itu orang tua ditekankan untuk mengoptimalkan pemberian ASI selama dua tahun.
Orang tua juga diwajibkan untuk memperhatikan asupan gizi anak-anak.
“Selain itu ada anak-anak rentan gizi guruk, pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),” sambungnya kepada Tribunjatim.com.
Karena itu bayi BBLR membutuhkan pendamping khusus, utamanya dari sisi nutrisi.
Dengan pendampingan ini diharapkan bayi BBLR segera mencapai berat sesuai usia, dan lepas dari status gizi buruk.
Penanganan utama untuk balita gizi buruk ada pada orang tua atau wali, agar rutin memantau perkembangan anak.