Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Konflik Iran dan Amerika Serikat, Ada Potensi Eskalasi

Konflik Iran dan Amerika Serikat semakin memanas seusai penembakkan rudal Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak.

Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Elma Gloria Stevani
Daily Mirror / aa.com
ILUSTRASI - Iran balas dendam ke pasukan Amerika Serikat di Irak pada Rabu (8/1/2020) menggunakan rudal jelajah. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Konflik Iran dan Amerika Serikat semakin memanas seusai penembakkan rudal Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak.

Konflik keduanya memanas setelah perdebatan Non Proliferasi Nuklir Amerika Serikat tidak disetujui oleh Iran.

Terkait eskalasi konflik keduanya, Dosen Hubungan Internasional FISIP Unair Surabaya, Irfa Puspitasari mengutarakan pendapat.

Menurutnya, konflik Amerika Serikat dan Iran ada potensi eskalasi.

Mengingat kebijakan Amerika Serikat untuk menginvasi Irak pada kasus yang sama di 2003 lalu.

PENGAKUAN Dua Pria Surabaya Curi Besi Rel Kereta Api di Gudang Dipo Lokomotif Sidotopo

Satpol PP Kota Malang Panggil Pemilik Papan Reklame 3D di Toko Avia, Belum Bayar Pajak Reklame?

"Potensi eskalasi pasti ada. Potensi terjadinya perang juga ada. Karena, melihat konflik Amerika Serikat dan Irak dimana pemerintah AS melakukan penyerangan dan pelemahan pemerintahan Irak," kata Irfa Puspitasari saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu (8/1/2020).

Bupati Sidoarjo Saiful Ilah Terjaring OTT KPK, PKB Jatim Siapkan Bantuan Hukum

Menurut Irfa Puspitasari, perang adalah hal yang wajar melihat kondisi politik internasional dan pola hubungan antar negara.

"Saat ini politik domestik Amerika Serikat juga dipegang oleh republican party yang cenderung suka berperang," katanya.

Beberapa dekade terakhir, Amerika Serikat terus menekan negara-negara untuk mematuhi kebijakan Non Proliferasi.

Beberapa negara yang secara agresif ditekan oleh Amerika Serikat untuk mematuhi kebijakan tersebut seperti India, Korea Utara dan Iran.

Meski begitu, Irfa Puspitasari mengatakan, bahwa potensi terjadinya perang masih 50:50.

"Melihat kondisi pola pemerintahan Amerika Serikat di era Donald Trump ini, kemungkinan juga tidak terjadi penyerangan. Karena keduanya mempertimbangkan kapasitas lawan masing-masing," ujarnya.

Masing-masing negara yang berkonflik akan memperkirakan power yang dimiliki oleh lawan.

Dampak yang terjadi pasca invasi juga menjadi pertimbangan krusial dalam kasus ini.

Apabila berkaca pada sikap Amerika Serikat dalam menyelesaikan konflik serupa dengan Korea Utara, Irfa Puspitasari mengatakan, konflik antara Amerika Serikat dan Iran juga berpotensi mereda.

"Kalau kita lihat kemarin Amerika Serikat dan Korut saling gertak mau meluncurkan nuklir seperti itu, tapi akhirnya damai. Bisa saja konflik Iran dan Amerika Serikat ini juga seperti itu," jelas dia.

Irfa Puspitasari kemudian mencontohkan perilaku chicken game di mana kedua belah pihak saling gertak untuk melakukan penyerangan langsung, namun tidak dilakukan.

"Tapi tetap kita amati dulu sejauh mana konflik bersenjata antara Amerika Serikat dan Iran ini. Apakah cuma chicken game yang gertak-gertak atau sampai akan invasi ke dalam negara," ujarnya.

Selain itu, Irfa juga berkaca pada kasus Krisis Misil Kuba, dimana dua negara yang berkonflik kemudian mengurangi tensi dan perang langsung tidak terjadi.

"Meski kondisinya saat ini bukan bipolar seperti saat Perang Dingin, tapi kemungkinan juga bisa terjadi pola yang sama. Ketika keduanya berada di titik paling tinggi untuk berperang, justru saling mengurangi tensi konflik," jelasnya.

Ditanyai soal potensi Amerika Serikat menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Iran, Irfa mengatakan tidak akan terjadi.

Karena, dampak nuklir sebagai senjata pemusnah massal sangat besar.

"Kalau pakai nuklir saya rasa tidak mungkin. Bahkan hampir mustahil," katanya.

Hingga saat ini, konflik bersenjata antara Amerika Serikat dan Iran masih belum mereda.

Terutama setelah penyerangan pasukan militer Amerika Serikat di Irak.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved