Wabah Virus Corona Mendunia
Mengapa Indonesia Tak Lockdown Wilayah yang Terkena Virus Corona? Jubir: Paling Penting Isolasi Diri
Apa alasan pemerintah Indonesia tak lockdown wilayah yang ditemukan virus Corona di Indonesia? Jubir beberkan alasannya berikut ini!
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Sudarma Adi
Apabila tak diantisipasi, virus tersebut bisa mengancam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Di 2020, (pertumbuhan) ekonomi Indonesia tanpa virus Corona akan turun ke 4 persen. Kalau masalah virus Corona sangat parah, bisa turun lagi menjadi tiga persen," kata Rizal kepada jurnalis ketika dikonfirmasi di Surabaya, Minggu (8/3/2020).
• Kabar Lidya Pratiwi, Artis yang Dipenjara 14 Tahun karena Bunuh Kekasih, Kini Mualaf, Sikap Berubah?
• Imbas Wabah Virus Corona, Banyuwangi International BMX 2020 yang Diikuti 20 Negara Resmi Ditunda
Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, era Presiden Abdurrahman Wahid ini menyebut beberapa gejala penurunan ekonomi dibandingkan tahun lalu yang masih di atas 5 persen.
Beberapa di antaranya terlihat dari indikator makro ekonomi yang merosot dibandingkan 5-10 tahun yang lalu.
Mulai dari defisit perdagangan, transaksi berjalan, hingga tax Ratio.

"Kalau semua indikator ekonomi merosot, seharusnya Indonesia menurun. Namun kali ini tidak, karena didoping dengan hutang dari luar negeri dan beban bunga cukup mahal," katanya.
Imbuhnya menjelaskan, "Doping pertama kedua biasanya masih bisa juara, tapi doping ketiga, bikin jantung nggak kuat terus kelonjotan. Ekonomi juga tidak bisa didoping terus menerus."
Gejala berikutnya karena penurunan daya beli. Pihaknya menyangkal bahwa penurunan daya beli di pasar karena adanya sistem belanja online.
Sebab, belanja online hanya mencapai 8 persen dari total perdagangan.
"Sisanya, masih bisnis konvensional," katanya.
Rendahnya perdagangan dipengaruhi rendahnya pertumbuhan kredit yang hanya tumbuh di angka 6,02 persen.
Padahal, kalau ekonomi normal (pertumbuhan di angka 6-6,5 persen), seharusnya pertumbuhan kredit bisa mencapai 18 persen.
"Ini hanya sepertiganya. Sehingga, uang yang beredar di bawah sedikit. Tidak heran kalau daya beli sedikit," katanya.
Gejala ketiga adalah gagal bayar Asabri dan Jiwasraya.
"Total Rp33 triliun. Namun, ada reksadana, dana pensiun yang tak mampu bayar, bisa mencapai Rp150 triliun," ungkapnya.
• 7 Cara Mudah Cegah Penyebaran Virus Corona ala Dokter Unit KAI Daop 8 Surabaya, Simak Penjelasannya!
• Antisipasi Virus Corona, Hotel dan Pusat Perbelanjaan Di Kota Malang Pasang Hand Sanitizer