Nyawa Kakek Blitar Ini Tak Tertolong, Status Penyakit Bikin Kaget Tim Medis, Ini Nasib Keluarganya
Sebanyak 14 orang akhirnya harus dikarantina menyusul salah satu dari keluarga mereka, ada yang meninggal dunia.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Sudarma Adi
Nyawa Kakek Blitar Ini Tak Tertolong, Status Penyakit Bikin Kaget Tim Medis, Ini Nasib Keluarganya
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Sebanyak 14 orang akhirnya harus dikarantina menyusul salah satu dari keluarga mereka, ada yang meninggal dunia. Yakni, seorang pria berusia 63 tahun, yang asal Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Nyawa korban tak tertolong dan meninggal dunia di RSUD Ngudi Waluya, Kecamatan Wlingi, Senin (23/3) siang atau pukul 11.00 WIB.
Korban belum sempat ditangani khusus oleh tim medis karena baru tiba beberapa menit di RS milik Pemkab Blitar itu.
• Keluarga dan Tim Medis yang Sempat Rawat Pasien Positif Corona di Blitar Diminta Isolasi Mandiri
• UPDATE TERBARU Pasien Virus Corona di Jatim, ODP Covid-19 Tembus Angka 1.405, PDP Capai 125 Orang
• Cegah Sebaran Virus Corona, Sejumlah Tempat Karaoke di Blitar Ditutup Sementara Hingga 29 Maret Ini
"Saat dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah kritis sehingga baru dapat penanganan di IGD, namun korban akhirnya meninggal dunia," kata dr Endah Woro Utami, Direktur RSUD Ngudi Waluya Wlingi.
Setelah ditelusuri riwayat penyakiitnya, papar dia, rupanya korban menderita komplikasi di antaranya, diabets, dan batuk dengan disertai sesak nafas.
Karena curiga dengan penyakit korban, petugas terus mencari informasi soal rekam jejak penyakitnya itu.
Hasilnya, itu mengejutkan pihak RS karena korban diketahui masuk salah satu dari 66 orang di Kabupaten Blitar, yang sudah terindikasi orang dalam pemantauan (ODP).
Namun, itu tak diketahui pihak RS saat korban masuk pertama kali ke RS siang kemarin itu.
Makanya, ia dikira pasien biasa sehingga tak langsung ditangani khusus namun masih sempat ditaruh di IGD terlebih dulu. Status korban ODP itu baru diketahui, setelah korban meninggal dunia.
"Ternyata, korban diketahui sudah ODP itu sejak 13 Maret lalu. Saat itu, korban menderita batuk dan sesak nafas. Itu diperiksa di puskesmas setempat," paparnya.
Curiga dengan penyakit batuk dan sesak nafasnya, pihak puskemas menanyainya. Korban mengaku kalau habis pulang dari rumah saudaranya yang ada di Malang.
Saat itu juga, ia sudah dinyatakan ODP. Itu terjadi sehari setelah korban pulang dari Malang pada 13 Maret lalu. Namun sayang, korban hanya dikarantina di rumahnya sendiri, bukan diawasi tim medis langsung.
Kalau sudah begini, dampak penyebaran virusnya, kian sulit terdeteksi. Sebab, dipastikan korban tak hanya kontak dengan keluarganya saja namun sudah banyak orang.
"Karena itu, keluarga duka (korban) harus dikarantina supaya menghindari penyebaran virusnya," paparnya.