Virus Corona di Malang
Petani Jambu Kota Batu Pilih Bertahan saat Pandemi Corona, Meski Kebun Panen Tapi Pemasaran Macet
Petani jambu kristal memilih bertahan di tengah wabah Corona meski kebun panen tapi pemasaran buah tersendat.
Penulis: Benni Indo | Editor: Arie Noer Rachmawati
Meskipun permintaan keluar Jawa meningkat, namun pengiriman ke beberapa kota di Pulau Jawa masih lebih banyak.
Di tengah kondisi seperti ini, Hardi berharap ada solusi dari pemerintah agar dapat menyelamatkan para petani di Kota Batu.
Menurutnya, pemerintah perlu membuat mekanisme agar jaminan keberlangsungan usaha di Kota Batu aman.
• WHO Tegaskan Virus Corona atau Covid-19 Tidak Menular Lewat Udara, Berikut Penjelasan Lengkapnya
Kota Batu juga perlu memiliki gudang untuk menyimpan pasokan ketahanan pangan.
Kata Hardi, dapam kondisi seperti saat ini aspek ketahanan pangan sangat penting.
"Kami telah menerapkan panen reguler di kebun sehingga setiap bulan panen. Kondisi sekarang pasar menurun karena faktor Covid-19," katanya.
Hardi saat ini dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Saat ini, kebunnya tengah panen namun pemasarannya tersendat.

Sementara produksi terus berlangsung, Hardi kesulitan untuk memasarkan produk.
Di sisi lain, kebunnya sudah tidak bisa lagi menerima wisatawan setelah adanya kebijakkan menutup tempat wisata.
Hardi pun berupaya bertahan dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Saat ini, pemasaran dilakukan dengan cara online.
• Kantor PWNU Jatim Dipasang Bilik Sterilisasi Corona, Keamanan Kiai hingga Tamu Jadi Prioritas
"Secara global permintaan menurun, karena kami tidak buka petik buah reguler. Pemasaran sektor pariwisata pun terdampak. Beberapa buah ada yang kami jadikannuntuk menjadi pupuk lagi, kebetulan di sini memang pertanian organik," katanya.
Ketika layanan online dibuka, Hardi juga mempertimbangkan keamanan saat pengiriman.
Hal itu mempengaruhi harga. Jika langsung beli di lokasi, harganya Rp 15 ribu per Kg.
Namun jika pemesanan online, harganya berbeda.