Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona di Malang

Petani Jambu Kota Batu Pilih Bertahan saat Pandemi Corona, Meski Kebun Panen Tapi Pemasaran Macet

Petani jambu kristal memilih bertahan di tengah wabah Corona meski kebun panen tapi pemasaran buah tersendat.

Penulis: Benni Indo | Editor: Arie Noer Rachmawati
SURYA/BENNI INDO
Pekerja membersihkan jambu kristal yang baru saja dipanen di Bumiaji, Kota Batu, Senin (30/3/2020). Pandemi Covid-19 membuat pengiriman pasokan jambu kristal terhambat saat musim panen tiba. 

TRIBUNJATIM.COM, BATU - Petani di Kota Batu berupaya keras bertahan di tengah pandemi Corona atau Covid-19.

Satu di antaranya adalah petani jambu kristal asal Desa Bumiaji, Rakhmad Hardiyanto.

Dalam kondisi normal, Hardi bisa mengirim 200 Kg jambu per hari.

Kebahagiaan Ganjar Pranowo Dicurhati PDP Sembuh Corona, 1 Pesan dari Gubernur: Jangan Mengucilkan

Namun kali ini hanya bisa mengirim 200 Kg per tiga hari.

Ia berupaya keras agar jambu-jambunya terjual, apalagi saat ini telah memasuki musim panen.

Saat ditemui di kebunnya, sejumlah pekerjanya terlihat tengah membersihkan jambu yang habis dipetik.

Jambu kristal itu terlihat menyegarkan dengan warna hijau yang bersih.

Masih banyak jambu yang belum dipetik di pepohonan yang berada di kebun.

Beberapa di antaranya jatuh dan menjadi humus organik.

Diceritakan Hardi, pasokan ke sejumlah kota di Pulau Jawa mulai tersendat.

Terekspos Penampilan Krisdayanti Rapat Paripurna di Rumah karena Corona: Bismillah, Selamat Bekerja

Pasalnya, ada pemberlakuan kebijakan mengantisipasi penyebaran Covid-19 di beberapa kota, terutama DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya.

"Terpaksa kami mengirim ke luar Jawa karena beberapa kota di Jawa menerapkan isolasi," kata Hardi.

Hardi mengatakan, sejauh ini dirinya hanya mengalami penurunan pemasukan, namun tidak sampai berada di titik kerugian.

"Semoga tidak sampai begitu, tapi kalau penurunan memang ada," terangnya.

Rencana Rahasia Jerman Akhiri Covid-19, Fakta Adanya Perjanjian Mitra Eropa ‘Supaya Tidak Sia-sia’

Permintaan keluar Jawa menjadi pilihan. Tujuannya antara lain Pulau Kalimantan dan Makassar. Permintaannya pun meningkat dibanding kondisi normal.

Meskipun permintaan keluar Jawa meningkat, namun pengiriman ke beberapa kota di Pulau Jawa masih lebih banyak.

Di tengah kondisi seperti ini, Hardi berharap ada solusi dari pemerintah agar dapat menyelamatkan para petani di Kota Batu.

Menurutnya, pemerintah perlu membuat mekanisme agar jaminan keberlangsungan usaha di Kota Batu aman.

WHO Tegaskan Virus Corona atau Covid-19 Tidak Menular Lewat Udara, Berikut Penjelasan Lengkapnya

Kota Batu juga perlu memiliki gudang untuk menyimpan pasokan ketahanan pangan.

Kata Hardi, dapam kondisi seperti saat ini aspek ketahanan pangan sangat penting.

"Kami telah menerapkan panen reguler di kebun sehingga setiap bulan panen. Kondisi sekarang pasar menurun karena faktor Covid-19," katanya.

Hardi saat ini dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Saat ini, kebunnya tengah panen namun pemasarannya tersendat.

Pekerja membersihkan jambu kristal yang baru saja dipanen di Bumiaji, Kota Batu, Senin (30/3/2020). Pandemi Covid-19 membuat pengiriman pasokan jambu kristal terhambat saat musim panen tiba.
Pekerja membersihkan jambu kristal yang baru saja dipanen di Bumiaji, Kota Batu, Senin (30/3/2020). Pandemi Covid-19 membuat pengiriman pasokan jambu kristal terhambat saat musim panen tiba. (SURYA/BENNI INDO)

Sementara produksi terus berlangsung, Hardi kesulitan untuk memasarkan produk.

Di sisi lain, kebunnya sudah tidak bisa lagi menerima wisatawan setelah adanya kebijakkan menutup tempat wisata.

Hardi pun berupaya bertahan dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Saat ini, pemasaran dilakukan dengan cara online.

Kantor PWNU Jatim Dipasang Bilik Sterilisasi Corona, Keamanan Kiai hingga Tamu Jadi Prioritas

"Secara global permintaan menurun, karena kami tidak buka petik buah reguler. Pemasaran sektor pariwisata pun terdampak. Beberapa buah ada yang kami jadikannuntuk menjadi pupuk lagi, kebetulan di sini memang pertanian organik," katanya.

Ketika layanan online dibuka, Hardi juga mempertimbangkan keamanan saat pengiriman.

Hal itu mempengaruhi harga. Jika langsung beli di lokasi, harganya Rp 15 ribu per Kg.

Namun jika pemesanan online, harganya berbeda.

"Tentu saja tingkat kewaspadaan tinggi. Kami sudah lakukan penjualan online. Intinya, kamu di rumah aja kami yang antar. Sudah kami lakukan lewat sosial media," paparnya.

Kembali berbicara tentang ketahanan pangan, Hardi pun mengajak agar warga bisa memulai menanam kebutuhan oangan di dekat rumah masing-masing.

Sembari itu, ia berharap agar pandemi ini segera berakhir dan kondisi kembali normal.

"Ketahanan pangan sangat penting, warga bisa menanam tanaman di rumahnya. Mulailah menananm pangan, untuk antisipasi kalau dalam jangka panjang. Tapi saya berharap segera berakhir," katanya.

Penulis: Benni Indo

Editor: Arie Noer Rachmawati

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved