Semarak Ramadan 2020
Hikmah Ramadhan 1441 H, Bupati Pamekasan Baddrut Tamam: Sabar Kunci Bahagia Kala Bencana Melanda
Bupati Pamekasan Baddrut Tamam mengungkapkan hikmah Ramadhan 1441 di tengah pandemi Corona atau Covid-19.
Ramadhan dan Wabah Covid-19
Baddrut Tamam
(Bupati Pamekasan)
TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN - Ramadhan tahun ini, sungguh berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini, umat islam Indonesia, bahkan muslim di seluruh dunia, menjalankan ibadah puasa di tengah pandemic global, penyebaran Corona ( Covid-19) .
Karena itulah, wujud kegembiraan menyambut Ramadhan tahun sebelumnya, seperti tarawih di masjid dan langgar, tadarus maupun musik patrol keliling, tidak lagi terjadi pada Ramadhan kali ini.
Hal itu, bukan karena kita meragukan ketetapan taqdir Allah, karena kecepatan penularan virus Covid-19 ini dapat menimpa siapa saja dan kapan saja.
Akan tetapi, kiat sedang menghindari taqdir Allah yang satu, pergi pada taqdir Allah yang lainnya, seperti dilakukan Amirul Mukminin Sayidina Umar Bin Khattab, ketika memutuskan menghindari Kota Syam yang sedang dilanda wabah penyakit.
Lalu, apakah hikmah yang bisa kita ambil dari mewabahnya Covid-19 disaat kita menjalankan ibadah puasa ini?
Imam Syafi’i yang pernah mengomentari surat Al Ashr, dengan sangat optimis Imam Syafi’i berkata; Seandainya tidak ada Al-Qur’an, lalu hanya ada Surat Al Ashr, maka itu sudah cukup.
Sebabnya, Surat Al Ashr mengajarkan tentang tiga hal yang demikian urgen dalam kehidupan setiap muslim.
Ketiganya adalah iman, amal saleh dan saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran.
Surat Al Ashr ini merupakan spirit penting, dimana keimanan kita pada kadar tertentu harus diiringi dengan pesan-pesan untuk menegakkan kebenaran dan kesabaran.
Sabar dan berkata benar adalah dua hal esensi ketika sebuah wabah penyakit melanda.
Ketika Nabi Ayub dilanda penyakit, beliau tak hanya sabar ketika diuji beragam cobaan, tapi juga harus berkata benar kepada istrinya, satu-satunya pendampingnya yang masih ada saat itu.
Musibah Corona ini mirip dengan apa yang dialami Nabi Ayub, yaitu sebuah musibah yang tidak hanya berupa penyakit namun juga keterpurukan ekonomi dan hilangnya sebuah sejarah keluarga.
Ayub tak hanya sakit, tapi beliau juga diuji kemerosotan ekonomi berupa hilangnya harta-hartanya dan wafatnya putra-putranya.