Pria Bonceng Petai Berakhir di Polres Blitar, Gegaranya Berbelit-belit Saat Ditanyai: Bikin Emosi
Warga Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi bonceng sak berisi kayu manis dan petai hampir jadi bulan-bulanan massa, dibawa ke Polres Blitar.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Sofyan (21) warga Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi hampir saja jadi bulan-bulanan massa.
Sebabnya, di tengah warga sedang memperketat penjagaan kampung terkait antisipasi tindak kejahatan, Sofyan malah mengundang kecurigaan.
Malam hari, ia membonceng sak berisi petai dan kulit kayu manis.
• Keluguan Anak Dhani Bahas Kesalahan Ibunya Tampil di Publik, Sampai Nangis, Mulan: Bunda Gak Jago
• Punya 14 Ribu Pasukan, Pimpinan KKB di Papua Terkejam, Menyerah ke Soeharto, Mertua SBY Ikut Berjasa
Saat ditanyai warga sedang jaga tentang asal-usul barang bawaannya itu, ia malah berbelit-belit.
"Untungnya, kami segera datang dan mengamankannya. Selanjutnya, ia kami serahkan ke petugas, dari pada dijadikan sasaran emosi massa," kata Bonaji, Kades Sumberurip, Kecamatan Doko.
Menurut Bonaji, kejadian itu terjadi di jalan desa atau tepatnya di Dusun Tlogorejo, Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kamis (30/4/2020) malam kemarin.
• Katalog Promo JSM Alfamart & Indomaret 2 Mei 2020, Diskon Sirup dan Biskuit Kaleng, Besok Terakhir
• Nasib Tragis Pria Surabaya Seusai Sahur, Disabet Begal karena Dikira Melawan Saat Ponsel Dirampas
Saat itu, warga lagi berjaga di jalan kampung terkait antisipasi tindak kejahatan, yang meresahkan warga.
Bersamaan itu, Sofyan datang dengan mengendarai sepeda motor Suzuki Shogun.
Ia melaju dari arah utara atau arah perkebunan. Sebab, Dusun Tlogorejo itu merupakan dusun terakhir atau paling ujung utara dari wilayah Kabupaten Blitar.
• 10 Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Dunia, China sebagai Asal Wabah Tak Lagi Masuk Daftar
Melihat ada orang lain yang tak dikenal apalagi malam hari dengan situasi seperti ini, warga menghentikannya.
Oleh warga ditanya terkait isi saks yang diboncengnya. Namun, ia berbelit-belit, termasuk ditanya dari dan mau ke mana.
Kalau ia mau pulang ke rumahnya, menurutnya, itu cukup jauh atau sekitar 15 km dari TKP.
Karena berbelit-belit itu, entah siapa yang memulai, warga langsung emosi.
Di saat ada ramai-ramai di jalan kampung, warga yang asalnya di dalam rumah, banyak yang keluar.
Tak paham dengan kejadian itu, akhirnya warga lainnya ikut terpancing emosinya.