Virus Corona
Ketua PBNU Saifullah Yusuf Bahas Covid-19, Urai Soal Paradigma hingga 'Welcome To A New Normal'
Ketua PBNU Saifullah Yusuf bagikan pendapatnya terkait wabah virus Corona, mulai dari perlawanan, perubahan paradigma hingga Welcome To A New Normal !
Dalam pada itu, mencari negara tertentu untuk dijadikan standar dan contoh dalam menyelesaikan wabah ini, tidak mudah.
Awalnya Cina dan Korea Selatan disebut negara yang sudah berada di track yang benar. Namun dalam perkembangan terakhir diketahui, keduanya justeru tengah dihantui kecemasan massif akan kemungkinan datangnya gelombang kedua. Kekuatiran menghantui semua negara dan semua bangsa.
Celah ini yang membuat Badan Kesehatan Dunia--WHO memprediksi, Covid-19 tidak akan sepenuhnya bisa dihilangkan. Ia akan menetap. Mengambil locus tertentu di negara-negara dengan lingkungan yang tidak sama. Ia akan beradaptasi dengan kondisi alam tropis dan alam subtropis. Ia bisa memapari orang-orang di Amerika, semudah ia menyerang bangsa Eropa, Afrika, Australia dan Asia.
Tiga Situasi
Mencermati situasi ini, pertama ; mari berikan waktu dan anggaran seluas-luasnya kepada para ahli, berkonsentrasi membuat, bukan hanya menemukan, vaksin untuk melumpuhkan Corona.
Semua mesti borkontribusi, menciptakan iklim yang kondusif. Taruh di belakang semua isu kecuali langkah mengakselerasi terciptanya vaksin. Berdayakan dan percayai badan-badan kesehatan untuk menjalani perannya.
Karena tak ada kepastian kapan vaksin selesai dibuat dan ampuh mengatasinya, maka virus ini akan mengepakkan sayap-sayap mautnya dengan bebas ke seluruh permukaan bumi.
Tidak banyak yang bisa mengelak. Semua orang tinggal menunggu waktu dan gilirannya. Jika sudah tercipta situasi kedua ; herd immunity , virus perlahan tak akan banyak mengintimidasi manusia. Sudah barang pasti, pertaruhannya akan sangat menyakitkan.
Akan tetapi, herd immunity mungkin hanya bisa dicapai lewat vaksinasi. Sejumlah ilmuwan mengklaim bahwa bila ada cukup banyak orang yang memiliki antibodi, virus dapat menghilang, dengan asumsi bahwa antibodi yang dimiliki memang benar-benar menimbulkan kekebalan. Herd immunity diyakini, dapat terjadi bila sekitar 65 persen hingga 75 persen dari populasi telah terinfeksi.
Diprediksi jutaan nyawa akan melayang sebagai konsekuensi logis dari terciptanya herd immunity. Memang terasa tidak adil, tetapi bila kondisi tidak berubah dan cara pandang manusia tidak beranjak, maka itulah resiko terburuk yang sudah menunggu di gerbang-gerbang kompleks pekuburan. Kini saatnya masyakat berkawan dengan Corona.
Dengan segala resikonya. Bukankah cuma kawan yang paling paham kelemahan/kelebihan kawannya ?
Maka, menggunakan pendekatan berbeda adalah keniscayaan. Sebab, dengan menganggapnya musuh, terbukti manusia tak berdaya di hadapan trilyunan virus Corona.
Kita mesti menimbang dengan cermat dan terukur, dalam kontek perlunya bersahabat dengan Corona. Mari belajar dan menyepakati pola hidup dan pola pikir baru. Inilah situasi ketiga ; membuat norma baru di atas abnormalitas ; yakni a new normal.
Tiga Standar
Di atas kanvas a new normal ini, masyarakat harus ambil inisiatif, berdiri di penjuru terdepan.