Belasan Tahun Nikah, Ibu di Kerinci Lupa Nama Suaminya, Malah Biasa Panggil 1 Nama, Pak Kades Kaget
Wanita di Kerinci lupa nama suaminya. Padahal dia sudah belasan tahun menikah. Kebiasaan panggil 1 nama.
Wanita di Kerinci lupa nama suaminya. Padahal dia sudah belasan tahun menikah. Kebiasaan panggil 1 nama. Pak kades sampai kaget.
TRIBUNJATIM.COM - Kisah suami-istri ini benar-benar terjadi di Kabupaten Kerinci.
Apa jadinya jika seseorang lupa nama suami atau istrinya.
Mungkin sukar dibayangkan, tapi ini benar-benar terjadi di Kabupaten Kerinci.
Peristiwa ini terjadi di Desa Baru Semerah, Kecamatan Tanco, Kabupaten Kerinci.
Berawal saat seorang ibu rumah tangga (IRT) sebut saja Aisyah (bukan nama sebenarnya), mendatanggi rumah kepala desa setempat.
Kepada kades, ibu 48 tahun ini menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Kades.
Dia bersilaturrahmi lebaran, juga untuk membuat Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Oleh kades, ibu satu anak itu diminta untuk mengisi blangko SKTM.
• Pernah Hina Khabib Nurmagomedov, Conor McGregor Justru Bersikap Beda Soal Kasus Rasisme George Floyd
Namun saat diminta untuk menyebutkan nama suaminya, ibu itu kebingungan.
Bahkan dia malah balik bertanya kepada kades, siapa nama suaminya.
Kades Baru Semerah, Edi Januar, menceritakan kisah kocak tersebut kepada tribunjambi.com.
Ia menyebutkan bahwa ibu tersebut sudah menikah dan tinggal serumah dengan suaminya hampir belasan tahun.
"Saat saya tanya, ibu itu mengaku sejak menikah ia tidak pernah sekalipun menyebut nama suaminya," ujar Kades, Senin (1/6/2020).
Sehari-hari, lanjut Kades, ibu rumah tangga yang datang kerumahnya pada Jumat (29/5) lalu, selalu memanggil suaminya dengan sebutan sayang.
Karena saking romantis itulah, sehingga ia lupa nama suaminya sendiri.
"Tanpa malu-malu ibu itu mengaku bahwa di rumah dia selalu memanggil suaminya dengan sebutan abang sayang, terus," jelas Kades Edi Januar sambil tersenyum.
Dia mengatakan, ternyata romantis itu bukan saja punya orang kaya atau penguasa saja maupun Romeo dan Juliet. Tapi romantis itu kita yang menciptakan.
Kades menuturtkan bahwa hampir setiap Minggu, bahkan hampir setiap hari, ada saja warganya yang mengurus SKTM.
Penyebabnya mayoritas warganya memang kurang mampu.
"Warga kami sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani dan petani. Tak satu orang pun warga kami yang berprofesi menjadi PNS," tutur kades.
Kades mengatakan penyebab tak ada seorangpun yang menjadi PNS bukan karena tidak mau menjadi PNS.
Tapi faktor pendidikan dan ekonomi penyebabnya.
"Orangnya pintar-pintar, SD sampai SMP rata-rata dapat juara kelas. Tapi pas SMA dak ado dana untuk melanjutkan," ungkap kades. ( tribunjambi.com / herupitra )