Muncul Lagi Virus Ebola saat Pandemi Corona, Lebih Berbahaya & Ada di Kongo, Simak Gejala-Pengobatan
Dunia dihebohkan dengan munculnya virus Ebola di tengah pandemi virus Corona yang belum juga mereda.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Dunia dihebohkan dengan munculnya virus Ebola di tengah pandemi virus Corona yang belum juga mereda.
Apa itu virus Ebola yang muncul saat pandemi Covid-19 ?
Dan bagaimana gejala virus Ebola serta pengobatan virus Ebola?
Simak ulasan selengkapnya.
• Terjawab Penyebab Kasus Covid-19 di Jatim Tinggi, Ini Penjelasan Epidemiolog, PSBB Tak Dilonggarkan
Diumumkan WHO, Muncul di Kongo
World Health Organization ( WHO ) mengumumkan adanya wabah baru penyakit yang diakibatkan oleh virus Ebola di Republik Demokratik Kongo.
Wabah virus Ebola kini menyebar di zona kesehatan Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur.
Ini merupakan ujian yang sulit karena Kongo juga tengah memerangi Covid-19 atau virus Corona dan wabah campak terparah di dunia.
Mengutip situs WHO, Selasa (2/6/2020) via Kompas.com ( grup TribunJatim.com ), Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo mengumumkan ada enam kasus Ebola yang ditemukan di Wangata.
Empat di antaranya meninggal dunia dan dua kasus sedang dalam perawatan.
• FAKTA BARU Sebaran Penularan Corona Jatim, Balita & Anak Sekolah Tertular, Dominasi Usia 40-49 Tahun
Ini adalah outbreak ke-11 dari virus Ebola di negara tersebut.
Ebola memang merupakan virus endemik Afrika, pertama ditemukan pada 1976.
Kota Mbandaka merupakan lokasi outbreak Ebola kesembilan yang terjadi pada Juli 2018.
Outbreak Ebola terakhir berlokasi di tiga kawasan, yaitu North Kivu, South Kivu, dan Provinsi Ituri.
Outbreak ini belum selesai.
Pada 14 Mei 2020, Kementerian Kesehatan Kongo memulai 42 hari hitung mundur deklarasi berakhirnya outbreak ke-10.
Dilansir dari Intisari ( grup TribunJatim.com ), virus Ebola ini sendiri dianggap lebih berbahaya dan mematikan daripada Covid-19.

Mengenal Virus Ebola
Diketahui, virus Ebola termasuk dalam famili Filoviridae yang mencakup tiga kelompok, yaitu Cuevavirus, Marburgvirus, dan Ebolavirus.
Dalam genus Ebolavirus, enam spesies ditemukan yaitu di Zaire, Bundibugyo, Sudan, Tai Forest, Reston, dan Bombali.
Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola haemorrhagic fever merupakan penyakit dengan tingkat keparahan yang tinggi.
Penyakit ini menginfeksi manusia dan primata, serta kerap berujung pada kematian.
• Terkuak Cara Israel, Negara Teraman dari Corona Rawat Pasien Covid-19, Efektif & Tangkis Gelombang 2
WHO menyebutkan, angka mortalitas penyakit Ebola berada pada kisaran 50 persen, tepatnya antara 25 hingga 90 persen.
Afrika adalah wilayah yang mengalami outbreak Ebola terparah.
Outbreak yang terjadi pada 2014-2016 di Afrika Barat merupakan kasus terparah sejak penyakit tersebut pertama ditemukan pada 1976.
Selain di Republik Demokratik Kongo, Ebola juga menjangkiti beberapa negara lainnya di Afrika, seperti Sierra Leone dan Liberia.
Penyebaran Virus Ebola
Sama seperti Covid-19, Ebola adalah penyakit zoonosis yang ditransmisikan dari satwa liar.
Para ilmuwan percaya bahwa inang dari virus Ebola adalah kelelawar dari famili Pteropodidae, jenis kelelawar pemakan buah.
Selain kelelawar, beberapa satwa liar yang menjadi inang Ebola adalah landak, simpanse, gorila, monyet, dan antelop.
Mayoritas penduduk Afrika terinfeksi Ebola karena kontak langsung dengan hewan yang ditemukan sakit atau mati di hutan setempat.
• Cara Jepang Kalahkan Corona Meski Abaikan Protokol Kesehatan, Sepakati 1 Hal, Indonesia Bisa Tiru?
Virus Ebola kemudian menyebar antar-manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi.
Tak hanya kontak langsung, tetapi juga melalui benda mati yang terpapar cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Banyak tenaga kesehatan di Afrika yang terinfeksi Ebola karena menangani pasien tanpa alat pelindung diri (APD) yang lengkap.
Wanita hamil yang terinfeksi dan sembuh dari Ebola bisa menurunkan virus tersebut kepada bayi atau janinnya lewat ASI dan jaringan di dalam rahim.
Gejala dan Diagnosis Virus Ebola
Mengutip situs resmi WHO, Selasa (2/6/2020), periode inkubasi Ebola memiliki interval antara dua hingga 21 hari.
Seseorang yang terinfeksi virus Ebola tidak bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain sebelum ada gejala yang timbul.
Beberapa gejala penyakit Ebola antara lain:
- Demam
- Kelelahan
- Nyeri otot
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
• Hari ke-2 Transisi New Normal Kota Malang, Toko Masih Melanggar, Wali Kota Sutiaji: Bandel, Tutup!
Lima gejala utama tersebut kemudian diikuti oleh:
- Muntah-muntah
- Diare - Ruam
- Gejala kerusakan ginjal dan fungsi hati
- Dalam beberapa kasus, pendarahan internal dan eksternal (misal pendarahan pada gusi)
- Dalam beberapa kasus, jumlah sel darah putih yang rendah serta peningkatan enzim hati.
• Pengakuan RSUD dr Soetomo Soal Klaim Pembayaran Pasien Corona, Harus Ada Hasil PCR: Tak Ada Masalah
Oleh karena gejala yang mirip, sulit untuk membedakan Ebola dengan beberapa penyakit lain seperti malaria dan tifus.
Ibu hamil punya kerentanan dan tingkat keparahan yang lebih tinggi dalam kasus Ebola.
Oleh karena itu, diagnosis Ebola terutama bagi ibu hamil dapat dilakukan lewat beberapa metode berikut:
- Tes antibodi Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
- Tes antigen
- Tes netralisasi serum
- Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
- Mikroskopi elektron
- Isolasi virus melalui kultur sel.
Pengobatan dan Vaksin
Pasien yang menderita penyakit Ebola harus mendapat perawatan medis.
Pemasangan infus dan tata laksana sesuai gejala penting untuk dilakukan.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan spesifik untuk penderita Ebola.
Namun ada beberapa perawatan potensial seperti terapi imun, sel darah, dan obat yang tengah dievaluasi.
• BOCOR Bukti Kuat Virus Corona Memang Dibuat di Lab, Ilmuwan Tak Ragu: Sehingga Dia Sangat Menular
Vaksin resmi Ebola sampai saat ini belum ditemukan.
Namun pada 2015, vaksin eksperimental Ebola dikembangkan di Guinea.
Vaksin bernama rVSV-ZEBOV itu diuji kepada 11.841 orang.
Dari 5.837 orang yang menerima vaksin, tidak ada kasus Ebola ditemukan selama 10 hari dan setelahnya.
Sebagai perbandingan, ada 23 kasus dalam 10 hari terjadi pada populasi yang tidak menerima vaksin tersebut.
Vaksin rVSV-ZEBOV digunakan pada outbreak Ebola di Kongo pada 2018-2019.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ebola Kembali Muncul di Kongo, Virus Apa Itu dan Bagaimana Penyebarannya?, Jadi Epidemi di Afrika, Bagaimana Gejala hingga Pengobatan Ebola? dan Intisari dengan judul Lebih Mematikan dan Lebih Menular dari Covid-19, Virus Ebola Mendadak Muncul Kembali di Kongo, Bagaimana Penyebarannya?.