Kena PHK karena Corona, Karyawan Ini Nangis Tak Bisa Bawa Bayi Hidrosefalusnya Berobat: Nunggak BPJS
Kisah sedih bayi hidrosefalus, ayahnya di-PHK hingga tak mampu bayar BPJS kesehatan. Bayi itu sering kejang-kejang & badannya mengalami panas tinggi.
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Januar
TRIBUNJATIM.COM - Karyawan warung nasi goreng di Kota Madiun ini sedih dengan kondisinya kini yang menganggur dan tak ada pendapatan.
Sementara, ia memiliki bayi di rumah yang menderita hidrosefalus.
Terkendala biaya, ia tak bisa membawa bayinya itu untuk berobat.
Pria tersebut juga mengaku sudah menunggak iuran BPJS.
Simak kisah selengkapnya di bawah ini!
Siang itu, Elvano Kenzie Mahardika, warga Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, hanya bisa menangis.
Bayi berusia enam bulan itu tergolek lemah tak berdaya tidur terlentang di kasur di sebuah kamar indekos dengan kondisi kepala membesar.
Melihat sang putra menangis, ayahnya langsung sigap mengelus tubuh si kecil dan membenarkan posisi botol susu di mulut anaknya.
• Tak Kapok Masuk Penjara, YouTuber Ferdian Paleka Ngakak Saat Ditanya Kondisinya: Di Dalem Betah
• VIRAL Video Detik-detik Bayi Dikubur Hidup-hidup Digali dari Tanah, Terdengar Suara Rintihan
• Di Tengah Pandemi Covid-19, Usaha Sketch Popup Frame Mahasiswi Cantik Ini Tak Perpengaruh
Putra semata wayang pasangan Agus Supriyanto (29) dan Yuli Fatmawati (25) rupanya menderita hidrosefalus semenjak lahir enam bulan lalu.
“Anak kami memang sejak lahir sudah menderita hidrosefalus. Saat lahir berat badannya 4,6 kg denan kondisi kepala sudah membesar,” ujar Agus, yang ditemui Rabu (3/6/2020) lalu.
Agus menceritakan, sejatinya kondisi anaknya akan lahir dengan kepala membesar sudah diketahui sejak masih dalam kandungan.
Hal itu terlihat dari hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan istrinya mencapai tujuh bulan.
“Dokter menyampaikan kalau saat itu anak saya kepala kebanyakan cairan," kata Agus.
• Sukses Geser Raffi & Atta, Baim Wong Kini Jadi YouTuber Nomor 1, Tapi Malah Takut: Tolong Tegur Saya
• Temukan Anak Nongkrong Reaktif Covid-19, Wali Kota Malang Minta Masyarakat Taati Protokol Kesehatan
• Persiapan New Normal, Karyawan Grand Dafam Signature Surabaya Lakukan Rapid Test
Dua bulan kemudian, tepatnya Desember 2019, istrinya menjalani persalinan di RSUD Sogaten, Kota Madiun dengan persalinan sesar.
Dokter terpaksa melakukan tindakan operasi sesar lantaran kondisi kepala anaknya sudah membesar.
Lantaran kepala anaknya makin membesar, kata Agus, anaknya yang berusia tujuh hari menjalani operasi hidrosefalus di RSUD dr Soedono Madiun.
Beruntung biaya pengobatan dan operasi semuanya gratis karena sudah ditanggung BPJS Kesehatan.
Usai dioperasi, kepala Elvano sempat mengecil sedikit dan kondisi kesehatan yang makin membaik.
Namun setelah dua bulan pasca dioperasi, kepala anaknya kembali membesar. Bahkan, kondisi kesehatannya makin mengkhawatirkan.
• VIRAL Jenazah PDP Diambil Paksa dari RS Dadi Makassar, 100 Orang Bersenjata Tajam, Pihak RS Pasrah
• Bisa Hirup Udara Bebas, YouTuber Prank Sembako Sampah Ferdian Paleka Dijemput Sosok Ini, Pacarnya?
• Tragedi Bayi Minum Darah Hewan dari Dukun, Ortu Tergiur Iming-iming Cegah Corona, Nyawa Melayang
Elvano sering kejang-kejang dan badannya mengalami panas tinggi.
Khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya memburuk, Agus membawa anaknya ke RSUD dr Soedono untuk menjalani perawatan.
Setelah dua pekan dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatan Elvano berangsur-angsur membaik dan diperbolehkan pulang.
Namun, sejak kasus Corona merebak, perawatan anaknya hanya bisa dilakukan rawat jalan. Seminggu sekali anaknya harus dikontrol kesehatannya.
“Terakhir saya kontrolkan sekitar pertengahan April 2020. Setelah itu tidak saya kontrolkan karena iuran BPJS kami menunggak. Jadi, setelah itu, belum kami kontrolkan lagi,” ujar Agus.
Sebenarnya, ia bisa kontrol anaknya dengan menggunakan layanan sebagai pasien umum di rumah sakit.
Lantaran terkendala biaya, Agus terpaksa tidak memeriksakan anaknya di rumah sakit.
Keluh kesah Agus rupanya didengar seorang donatur. Donatur itu melunasi iuran BPJS kesehatannya hingga kurun waktu setahun.
Anaknya pun dalam waktu dekat akan dikontrolkan lagi ke rumah sakit.
• BPJS Kesehatan Cabang Malang Dukung Tanggap Covid-19, Beri Kelonggaran hingga Sedia Program Praktis
• Heboh Video Klip Lagu Kekeyi Dihapus YouTube, Padahal Sempat Trending 1, Rinni: di Luar Wewenang Aku
• Imbas Covid-19, MCC dan Islamic Center Kota Malang Dipastikan Batal Dibangun Tahun 2020
Berhenti kerja
Di saat anaknya membutuhkan biaya perawatan dan pengobatan, Agus berhenti bekerja sebagai karyawan di salah satu warung nasi goreng di Kota Madiun.
Agus menganggur setelah pemilik warung tidak lagi kuat membayar gajinya.
Tak hanya Agus, sebelumnya tiga temanya juga terpaksa menganggur karena senasib dengan dirinya.
Pemilik warung terpaksa menutup usaha dan merumahkan karyawannya lantaran omzet menurun sejak wabah Corona menghantam Indonesia.
Di kamar indekos yang hanya berukuran sekitar 3 meter x 4 meter itu, kini Agus bersama istri anaknya melewati hari-harinya dengan ketidakpastian.
Untuk menjalankan roda ekonomi hidupnya, Agus hanya mengandalkan bekerja serabutan saja dan penghasilan istrinya yang bekerja sebagai penjahit.
(Kompas.com/Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Anak Penderita Hidrosefalus, Menunggak Iuran BPJS hingga Orangtua Kehilangan Pekerjaan"