Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Malang dan Surabaya Jadi 2 Kota Penyumbang Inflasi Tertinggi di Jatim per Mei 2020 Lalu

BPS Jatim menyatakan bahwa pada Mei 2020, Jatim mengalami inflasi sebesar 0,18 persen yaitu dari 103,90 pada April 2020 jadi 104,09 pada Mei 2020.

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH
Kepala BPS Jawa Timur, Dadang Hardiwan. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - BPS Jatim menyatakan bahwa pada Mei 2020, Jatim mengalami inflasi sebesar 0,18 persen yaitu dari 103,90 pada bulan April 2020 menjadi 104,09 pada bulan Mei 2020.

Hal itu lebih rendah jika dibandingkan ditahun sebelumnya (2019) pada periode yang sama, yang dimana pada Mei 2019 Jatim inflasi sebesar 0,29 persen yaitu dari 134,80 pada bulan April 2019 menjadi 135,19 pada bulan Mei 2019.

Bahkan Inflasi Mei 2019 juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2018, dimana pada bulan Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen.

Gara-gara Pandemi Corona, Kunjungan Wisman ke Jatim Turun Drastis, BPS: Ini Perlu Perhatian Khusus

Kunjungan Wisman ke Jatim April 2020 Merosot Hampir 100%, BPS Sebut Terendah 5 Tahun Terakhir

Kota Malang Inflasi 0,27 Persen Pada Mei 2020, Kepala BPS: Harga Kebutuhan Pokok Naik

Hal tersebut dikatakan langsung oleh Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan.

"Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi," kata Dadang, Senin (8/6/2020) saat dikonfirmasi di Surabaya.

Ditanyai penyebab terjadinya inflasi yang rendah di Jatim pada Mei 2020 itu sendiri, yang dimana jika dibandingkan tahun sebelumnya di periode yang sama, Dadang mengatakan bahan-bahan makanan yang umumnya menyumbang inflasi pada Lebaran, pada Mei justru mala menyumbang deflasi, seperti cabai rawit (29,43 persen), telur ayam ras (10,89 persen), bawang putih (23,54 persen) dan cabai merah (14,39 persen).

Bahkan, masih kata Dadang, gula pasir yang pada bulan sebelumnya cukup mahal, juga turut menyumbang deflasi 4,72 persen karena pasokan di pasar telah mulai tercukupi sejak impor dilakukan.

"Intinya, inflasi yang rendah ini disebabkan pola konsumsi yang berubah akibat pembatasan mobilitas masyarakat serta menurunnya permintaan akibat adanya virus corona sendiri,"ucapnya.

Terkait Indeks Harga Konsumen (IHK) dari delapan kota di Jawa Timur, yang dimana enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi, Dadang menjelaskan Inflasi tertinggi di Malang sebesar 0,27 persen diikuti Surabaya 0,21 persen, Probolinggo 0,05 persen, Sumenep dan Banyuwangi 0,02 persen, dan Madiun sebesar 0,01 persen.

Kota yang mengalami deflasi yaitu Jember sebesar 0,03 persen dan Kediri sebesar 0,19 persen.

"Meski rendah, Inflasi Jatim pada Mei 2020 terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu pakaian dan alas kaki sebesar 0,14 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen, kemudian disusul kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,16 persen, kesehatan sebesar 0,18 persen, kelompok transportasi sebesar 1,50 persen, dan penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,09 persen," jelasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved