Virus Corona di Kediri
Buka Era New Normal Pengusaha Kafe Terapkan Protokol Kesehatan Ketat
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah pengusaha kafe harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan saat membuka usaha di era new normal
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pandemi Covid-19 membuat sejumlah pengusaha kafe harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan saat membuka usaha di era new normal. Salah satunya pembatasan pengunjung setengah dari kapasitas kafe di Kota Kediri.
Termasuk dalam mendesain meja kafe dilakukan dengan pembatas kaca, namun terlihat tetap menyatu dengan desain keseluruhan.
Upaya itu juga menyesuaikan dengan Perwali No 16 /2020 tentang Pengendalian Kegiatan Hiburan dan Perdagangan dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.
Seperti dilakukan Kafe Alinea di Kelurahan Setonopande, begitu masuk kafe, pramusaji yang menyambut mengharuskan pengunjung untuk cuci tangan di wastafel yang ada di pintu masuk.
Usai cuci tangan, pramusaji menyodorkan tisu untuk mengeringkan tangan lalu mengetes suhu dengan termogun. Jika suhu di atas 37 derajat celcius, maka pengunjung dipersilakan untuk kembali.
“Juga yang tidak pakai masker, dsarankan untuk membeli masker. Kami menyediakan. Tapi kalau tidak mau, ya tidak boleh masuk,” kata Agus Leo, pemilik kafe.
• Terpilih Secara Daring, Rektor Unair Raih Rekor MURI: Kami Ingin Lebih Bermanfaat Bagi Masyarakat
• UPDATE CORONA di Indonesia Selasa 16 Juni 2020, Total Pasien Positif 40.400 Orang, 15.703 Sembuh
• 28 Sekolah Dasar Negeri di Sumenep Tak Punya Murid, Disdik Usul Regrouping Ke Bupati Abuya Busyro
Sementara kursi yang disediakan diberi jarak. Bertebaran tanda silang merah yang artinya tidak boleh ditempati. Satu meja yang biasa memuat 10 orang, diisi maksimal 6 orang saja.
Selain itu ada sekat pembatas kaca yang dipasang melintang di meja sehingga menghalangi droplet dari lawan bicara yang berhadapan meski sudah mengenakan masker. Desain sekat kaca ini menarik dan menyatu dengan desain kafe sehingga tetap nyaman.
“Kami pasang semua ini setelah pertemuan dengan Pak Wali bulan Mei lalu. Kalau dipasang plastik, orang seperti terpenjara. Dari browsing-browsing di Instagram, nemu desain yang sekarang,” tambah Agus.
Ia berharap, pengunjung juga menaati aturan. Kadang-kadang pengunjung tetap menggeser kursi karena ingin ngobrol lebih dekat dengan temannya. Ada yang sedikit protes, mau makan saja ribet.
Hal itu perlu proses agar pengunjung mengerti bahwa protokol ini bukan ingin mempersulit namun untuk kebaikan bersama. Pengunjung makan di tempat masih belum sebanyak sebelum ada pandemi Covid-19. Termasuk tetap melayani pembeli pesan antar.(dim/Tribunjatim.com)