Virus Corona di Jawa Timur
Pada Menkes dan Kepala BNPB, Khofifah Minta Arahan Turunkan Attack Rate Penularan Covid-19 di Jatim
Secara gamblang Gubernur Jawa Timur Khofifah memaparkan kondisi penyebaran Covid-19 di Jawa Timur pada menteri kesehatan.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fatimatuz Zahroh
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, dan Menkopolhukam, Mahfud MD, bertandang ke Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (24/6/2020) sore.
Jajaran pejabat pemerintah pusat tersebut melakukan rapat koordinasi tentang penanganan Covid-19 di Jawa Timur bersama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dan jajaran forkopimda Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, secara gamblang gubernur perempuan pertama Jawa Timur itu memaparkan kondisi penyebaran Covid-19 di Jawa Timur.
Dikatakan Khofifah Indar Parawansa, kasus Covid-19 di Jawa Timur saat ini sudah di atas 10 ribu kasus.
"Per kemarin kasus Covid-19 Jatim secara kumulatif sudah mencapai 10.092 kasus. OTG dan PDP menjadi catatan penting bagi kami. Karena di Jatim ini 41 persen OTG berpotensi positif Covid-19, sedangkan PDP persentasenya 45 persen positif," kata Khofifah Indar Parawansa mengawali paparannya.
Secara khusus Khofifah Indar Parawansa memohon arahan langsung Menteri Kesehatan dan juga Kepala BNPB untuk menurunkan attack rate, transmission rate, dan juga angka kematian pasien Covid-19 di Jawa Timur yang saat ini masih tinggi, khususnya di Surabaya.
• 110 Perawat di Jawa Timur Terpapar Covid-19, 30 Orang Sedang dalam Perawatan Medis
• VIRAL Video Jenazah Tertukar, RSI Ahmad Yani Surabaya Akui Akibat Kesalahan Petugasnya
Ia menyebutkan, percepatan penambahan kasus di Jawa Timur sangat tinggi.
Bahkan laju penambahan kasus Covid-19 Jawa Timur dari angka 4.000 kasus menjadi 8.000 kasus hanya membutuhkan waktu 14 hari saja.
"Ini yang seringkali membuat kami melakukan telaah mendalam, dan kami mohon arahan dari Bapak Menkes, bahwa attack rate di Kota Surabaya sudah 189,7, sedangkan attack rate Jatim 25, sedangkan nasional attack rate-nya 17,8," kata Khofifah Indar Parawansa.
Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sebenarnya penambahan kasus di Surabaya Raya maupun Jawa Timur sudah pernah menurun saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
• Besok Presiden Jokowi Bakal ke Grahadi, Tinjau Langsung Penanganan Covid-19 di Jawa Timur
• 5.000 KK di Kota Kediri Terdampak Covid-19 Terima Bansos dari Pemprov Jawa Timur
Saat tanggal 8 Juni 2020, saat hari terakhir PSBB, transmission rate Jawa Timur sudah di angka 0.86.
Namun hari ini, angka transmission rate Jawa Timur meningkat lagi menjadi 1,08.
"Kami ingin sampaikan PSBB Surabaya Raya juga sudah sampai sukses menurunkan transmission rate. Transmission rate Surabaya pernah sampai di bawah 1 tapi sekarang sudah naik kembali, karena setiap ada tambahan kasus tentu transmission rate naik lagi," katanya.
Di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik saat akhir masa PSBB angka transmission rate sudah di bawah 1. Bahkan di Gresik saat PSBB transmission rate pernah di angka 0,3.
"Sebetulnya saya sudah berharap kalau kami sudah di bawah 1, maka kita butuh sedikit lagi untuk bisa maksimalkan penurunan pertambahan kasus, tapi kemudian tiga daerah Surabaya Raya sepakat untuk tidak melanjutkan PSBB," ucapnya.
• Gerindra Kawal Keputusan Pemprov Jawa Timur Perbolehkan Pondok Pesantren Kembali Aktif
Tidak hanya itu, Khofifah Indar Parawansa juga mengatakan, selain laju penambahan kasus yang tinggi, angka kematiannya juga tinggi.
Saat ini angka kematian Jawa Timur dikatakan Khofifah Indar Parawansa mencapai 7,46 persen. Total ada 753 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia.
"Dalam posisi ini kami mohon pada Pak Menkes, Pak Menkopolhukam, kami bisa disupport bagaimana kita bisa menurunkan angka kematian bahkan kalau bisa dinolkan," kata Khofifah Indar Parawansa.
"Peta ini menjadi penting bagi kita sebelum melakukan intervensi. Dan kita harus melakukan upaya untuk bisa memaksimalkan sinergi agar bisa menurunkan angka kematian dan menurunkan angka penambahan kasus baru terutama di Surabaya Raya," imbunya.
• Transisi New Normal, Pasar Wonokromo Surabaya Dibidik Susul Dua Pilot Project Pasar Tangguh
Selain attack rate dan transmission rate yang masih tinggi, Khofifah juga menyampaikan terkait perkembangan tracing di Jawa Timur.
Ia mengatakan, saat ini yang menjadi perhatian adalah Kota Surabaya. Di saat penambahan kasusnya tertinggi, namun rasio tracingnya justru ada di posisi terendah di Jawa Timur.
"Seluruh proses kita dalam penanangan Covid-19 ini dipotret, BLC memotret, dan dunia juga memotret kami. Dan kami melaporkan dari tracing terendah ada di Surabaya. Hanya 2,8 kasus ODP dan OTG dari 1 kasus positif yang ditemukan dari proses tracing Surabaya," kata Khofifah.
"Apakah ini efektif atau tidak, tapi data ini akan terus muncul di nasional maupun internasional bagaimana tracing yang dilakukan di Surabaya," tegasnya.
Editor: Dwi Prastika