Bertahan Selama Covid-19, Jarwo Susanto Buka Kelas Belajar Buat Tempe Bang Jarwo Dolly di Rumah Saja
Jarwo Susanto mengadakan workshop pelatihan membuat tempe Bang Jarwo Dolly selama pandemi Covid-19. Tertarik mengikuti?
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Sudarma Adi
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ficca Ayu Saraswaty
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat Jarwo Susanto untuk berinovasi agar usaha tempe miliknya tetap bertahan dan laris manis.
Kisah Jarwo Susanto dengan brand Tempe Bang Jarwo sudah cukup digaungkan di Surabaya.
Jarwo Susanto merupakan satu di antara orang yang sempat menolak rencana penutupan lokalisasi Dolly pada tahun 2014.
Saat Dolly masih aktif, Jarwo membuka usaha warung kopi dan penghasilannya mencapai 45 juta per bulan.
Namun, semua itu sirna ketika Dolly ditutup. Sehingga, ia berada di garda terdepan untuk menolak penutupan Dolly karena khawatir hal itu berdampak pada pekerjaannya.
Bahkan, namanya sempat masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
“Dulu bergantungnya ekonomi di sini dari lokalisasi Dolly, saat Dolly tutup, kami enggak ada penghasilan, Dolly jadi kayak kota mati,” ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, (Sabtu, 4/7/2020).
• Potret Pemuda Kota Batu Tertangkap Basah Tak Maskeran saat Mau Beli Tempe, Disanksi Kumpulkan Sampah
• Viral Anak Ibu Penjual Lotek Ini Diberi Nama Dita Leni Ravia, Biar Unik, Ini Harapan Orang Tuanya
Jarwo menceritakan kehidupannya dan warga di sekitar lokalisasi Dolly kala itu menjadi suram setelah Dolly ditutup.
Tiga bulan setelah penutupan lokalisasi Dolly, sempat terjadi bentrok antar warga dan aparat.
“Bentrok 18 Juni, deklarasi penutupan Dolly, saat itu belum ada chaos, baru chaos saat pemasangan plakat, ada tertangkap 29 orang, 3 tersangka (provokator), tiga harinya itu terus ada penculikan yang ikut-ikut demo, kakak saya ditangkap,” imbuhnya.
Ketika sang ibu dan kakak perempuannya ke kantor polisi, mereka mendapat informasi ada nama Jarwo dalam daftar pencarian orang (DPO). Ia pun memutuskan untuk melarikan diri.
“Sempat ke Malang, ke Benowo, ke Sidoarjo. Di Sidoarjo aku di rumah saudara. Di sana ada produksi usaha tempe,” terangnya.
Di tempat pelarian terakhir itulah, Jarwo belajar cara membuat tempe. Ia baru berani pulang ketika kakaknya dan para tersangka lain keluar.
• Mengenal Sosok Foodies Nuratika Widya, Jujur dan Detail Tampilkan Rekomendasi Kuliner Gugah Selera
• KIAT Bisnis ala Pemuda Kediri saat Pandemi, Kreasikan Jamu Jahe Sereh, Sehari Terjual 100 Botol
Kini, ia bisa bekerja nyaman dengan menjadi pembuat tempe. Produk kuliner rumahannya tersebut menjadi sumber mata pencaharian Jarwo sehari-hari.
Jarwo memutuskan menjadi pembuat tempe dan memasarkan di kawasan Dolly. Respon yang baik dari para tetangga membuat ia bergairah.

Usaha tempe yang sudah didirikan Jarwo dan keluarganya sejak 10 Oktober 2014 itu saat ini menjadi penyambung hidup bagi dirinya sebagai warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly.
Jarwo tak menutupi fakta bahwa di masa pandemi Covid-19 ada penurunan omzet pada usaha tempenya sekira 30%. Namun, ia tetap mencari cara agar tempe produksinya laku.
“Selama pandemi, puter otak, ngadain pelatihan membuat tempe di rumah aja,” ujarnya.
Ide kreatif ini muncul kala permintaan konsumen untuk belajar membuat tempe meningkat. Tapi dikarenakan ada Covid-19, Jarwo bernisiatif untuk mengadakan kelas pelatihan di rumah saja.
Cukup membayar Rp 65.000 per orang dengan minimal 10 orang, para peserta sudah mendapat alat dan bahan serta cara membuat tempe.
Para peserta workshop pelatihan membuat tempe Bang Jarwo akan mendapat 500 gram kedelai dan diajari langsung oleh Jarwo.
• Masuk New Normal, Meeber Teknologi Beri Solusi Bisnis Baru Lewat Contactless Store
• Kasus Covid-19 di Bank BUMN Kota Malang Belum Jadi Klaster Baru, Gugus Ungkap Masih Pelacakan
Tempe Bang Jarwo sehari-harinya dijajakan Jarwo dengan sepeda, namun selama pandemi berganti menggunakan sepeda motor karena sebagian besar pagar kampung ditutup.
Jarwo biasa mengirim tempe buatannya ke perumahan di sekitar tempat tinggalnya. Tak lupa juga ia mengenakan masker selama berkeliling tersebut.
Saat ditanya kelebihan tempenya, Jarwo menyebut tempe yang dijual di pasar-pasar tradisional mungkin banyak, namun tempe miliknya kaya akan sejarah.
Hal senada juga diutarakan oleh pelanggan setianya, Gancar C. Premananto, KPS Magister Manajemen FEB Unair.

“Pertama kalau masalah rasa, saya mendapat informasi dari teman-teman rekan dosen yang pernah merasakan tempe goreng, tempenya lebih enak sih.
Kedua, tempe Bang Jarwo memiliki sejarah yang luar biasa. Ada nilai perjuangan untuk mencari kehalalan rezeki. Sebagai pengajar pemasaran, branding Bang Jarwo luar biasa.
Ketiga, semangat menerapkan Manajemen Pemasaran modern sangat terasa pada seorang Bang Jarwo.
Ia mampu membangun merek yang solid. Hal itu yang jarang muncul pada UMKM, dan ada pada Bang Jarwo,” ungkap Gancar saat dihubungi TribunJatim.com, (Minggu, 5/7/2020).
• Diwaduli Pelaku UMKM Gresik, Gus Yani Langsung Tawarkan Solusi Jangka Pendek hingga Panjang
• Berkunjung ke Sentra Perajin Topi dan Tas Sidoarjo, BHS Paparkan Program Penanganan Untuk UMKM
Sementara untuk masalah penerapan protokol kesehatan Covid-19, Gancar menyebut pengiriman tempe Bang Jarwo sudah memenuhi standar.
“Di masa Covid-19, pengorbanan Bang Jarwo lebih besar, karena harus mengantarkan lebih jauh, dan dalam perjalanan serta memasuki perumahan kompleks tentu harus memenuhi persyaratan.
Contoh, saat memasuki kompleks perumahan kami di Citra Tropodo, harus melewati semprotan disinfektan dan cuci tangan,” imbuhnya.
Gancar yang dulu bertemu Jarwo saat memberi materi pelatihan Pemasaran dan Branding bagi pengusaha eks lokalisasi Dolly di tahun 2016 itu menyebut dirinya tak mengurangi jumlah pesanan tempe Bang Jarwo di tengah Covid-19.
“Di masa Covid-19 saya ndak mengurangi jumlah pesanan sih, karena selalu bisa dengan mudah saya tawarkan kepada tetangga dan saudara. Dan di masa Covid-19, open order saya buka untuk tetangga sekitar saya di Tropodo,” tambahnya.
(TribunJatim.com/Ficca Ayu Saraswaty)