Hari Kemerdekaan 2020
Deretan Kuliner Indonesia yang Ada Sejak Masa Penjajahan, Mulai dari Tiwul, Klepon, hingga Gethuk
Berikut ini kuliner Indonesia yang lahir pada masa penjajahan dan masih dijumpai hingga saat ini. Mulai dari tiwul hingga gethuk.
TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini deretan kuliner Indonesia yang ada sejak masa penjajahan.
Jelang HUT RI ke-75 tahun, tak ada salahnya untuk mencicipi kelima kuliner Indonesia berikut ini.
Lewat kuliner tersebut, kita diajak untuk menengok sejarah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
Selama era kolonial berlangsung, kehidupan masyarakat Indonesia tentu jauh berbeda dengan kondisi saat ini.
Meski demikian, pada saat itu Indonesia sudah mengenal beberapa hidangan sederhana yang rasanya lezat.
Makanan dari dari hasil pertanian seperti ubi, singkong, dan jagung pada masa itu cukup populer sebagai pengganti beras karena enak dan mengenyangkan.
• Turun Edukasi Pencegahan Covid-19, Alumni MA Karangasem Ingatkan: Makan Ikan dan Olahraga 35 Menit
• Kawasan Kuliner Kampung Mandar Punya Bilik Kuliner Steril, Terinspirasi Konsep Restoran Belanda
Bahkan makanan-makanan dari zaman penjajahan ini masih bisa kita jumpai hingga hari ini.
Berikut TribunTravel.com (grup TribunJatim.com ) merangkum kuliner Indonesia yang lahir pada masa penjajahan dan masih dijumpai hingga saat ini.
Menyantap kuliner ini akan mengingatkanmu perjuangan rakyat Indonesia meraih kemerdekaan.
1. Tiwul

Mengingat beras pada saat itu cukup sulit didapat, maka masyarakat mengakalinya dengan membuat nasi dari singkong, maka lahirlah tiwul.
Tiwul ditemukan di wilayah pesisir selatan pulau Jawa, seperti Yogyakarta, Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan.
Teksturnya yang pulen mirip dengan nasi membuat tiwul mengenyangkan dan menjad makanan andalan pada masa penjajahan.
• New Normal, Kuliner Rujak Soto dan Rujak Gobet di Banyuwangi Laris Dikunjungi Wisatawan Domestik
• Covid-19 Pengaruhi Serapan APBD Pemkot Batu, Semester Pertama Terealisasi Rp 454,1 M: Belum Maksimal
2. Nasi Jagung
Nasi jagung khas Purwodadi, Jawa Tengah (Tribun Jateng / Maulana Ramadhan)