Kemiskinan Jadi Penyebab Stunting, Muhadjir: Keluarga Miskin Besanan, Lahirlah Keluarga Miskin Baru
Menko PMK Muhadjir Effendy ingin memutus mata rantai keluarga miskin. Ia menyebut keluarga miskin besanan, lahirlah keluarga miskin baru.
TRIBUNJATIM.COM - Menko PMK Muhadjir Effendy mengungkapkan keinginannya untuk memutus mata rantai keluarga miskin.
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menghasilkan generasi unggul selanjutnya.
Selain itu, menurutnya kemiskinan juga dianggap menjadi penyebab stunting.
Ia menyebut jika keluarga miskin besanan, maka akan lahirkan keluarga miskin baru.
Berikut ini penjelasan selengkapnya dari Menko PMK Muhadjir Effendy.
• Pentolan Maling Ternak Sapi Tertangkap Saat Pulang ke Rumah Orang Tua, 2 Tahun DPO Polres Nganjuk
• 5 Fakta YouTuber Turah Parthayana yang Diduga Lecehkan Mahasiswi, Modal Nekat untuk Kuliah di Rusia
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, saat ini jumlah rumah tangga miskin di Indonesia masih tinggi, yakni mencapai 7,5 juta.
Ia mengatakan, 20 persen dari rumah tangga dan rumah tangga baru miskin yang ada saat ini berasal dari keluarga rumah tangga miskin tersebut.
"Sesama keluarga miskin besanan, kemudian lahirlah keluarga miskin baru," kata Muhadjir Effendy ketika memberikan sambutan dalam webinar yang digelar Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Selasa (4/8/2020).
Oleh karena itu, kata dia, mata rantai keluarga miskin tersebut harus dipotong untuk menghasilkan generasi unggul selanjutnya.
• Angka Kemiskinan di Kabupaten Mojokerto Diprediksi Bertambah Akibat Pandemi Covid-19
• NU Berasal dari Madura, Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar Komitmen Entaskan Kemiskinan di Pulau Garam
Sebab, kemiskinan juga dianggap menjadi penyebab stunting. Pemerintah menargetkan untuk menurunkan angka stunting turun dari 27 persen ke 14 persen pada 2024 nanti.
"Karena kemiskinan itu pada dasarnya basisnya di dalam keluarga.
Saya sangat yakin stunting ini harus ditangani sungguh-sungguh, karena orang kalau sudah stunting maka kemampuan kecerdasannya sudah selesai, tidak bisa dinaikkan lagi," kata dia.
Apalagi, berdasarkan data Bank Dunia, kata dia, 54 persen angkatan kerja Indonesia merupakan orang-orang yang pernah mengalami stunting.
Hal itu pula yang membuat kualitas angkatan kerja di Indonesia rendah selain lemahnya sektor pendidikan dan kesehatan.
"Karena asal-muasalnya dari stunting sehingga tingkat untuk dinaikkan menjadi kualitasnya lebih baik itu mengalami kesulitan," ucap dia.
Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen.
Jumlah tersebut meningkat 0,56 persen poin dari persentase pada September 2019.
Dengan demikian, jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang dari data September 2019.
• Penduduk Miskin di Jatim Bertambah, Capai 4.419,10 Ribu Jiwa, BPS Bongkar 2 Faktor Penyebab
• Alokasi DD Naik Rp 4 Miliar, Bupati Tulungagung Minta Kades Aktif Atasi Kemiskinan
Kemenko PMK Terpaksa Tunda Program Utamanya, Bimbingan Rumah Tangga Calon Pengantin karena Covid-19

Program utama dari Kemenko PMK yang kerap digaungkan terpaksa ditunda.
Program yang dimaksud adalah bimbingan pranikah yang ditunda akibat pandemi Covid-19.
Bimbingan rumah tangga calon pengantin ini penting guna menurunkan angka stunting di Indonesia.
Program bimbingan pranikah bagi pasangan calon pengantin yang digaungkan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) harus ditunda akibat pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Menko PMK Muhadjir Effendy ketika memberikan sambutan dalam webinar yang digelar Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Selasa (4/8/2020).
Semula, Muhadjir menyampaikan tentang program utama pemerintah terkait sumber daya manusia (SDM), yakni penurunan stunting.
• Mendikbud Muhadjir Effendy Bakal Salurkan Hak Pilihnya di TPS Jatimulyo Malang Bareng Sang Istri
• Kunjungi SMKN 1 Kota Batu, Mendikbud RI Muhadjir Effendy Minta Kota Batu Buat Education Hotel
Ia mengatakan, penurunan stunting menjadi program utama dikarenakan awal mula pembangunan manusia Indonesia ada pada 1000 hari pertama kehidupan.
"Tentu saja sebelum itu harus dimulai dengan adanya perencanaan keluarga. Karena itu harus ada bimbingan rumah tangga calon pengantin yang menjadi program utama Kemenko PMK, tapi karena kena Covid-19 terpaksa kita tunda," ujar Muhadjir dalam sambutannya.
Muhadjir mengatakan, bimbingan pranikah bagi pasangan calon pengantin baru penting karena terkait erat dengan kesehatan keluarga, reproduksi, serta keluarga.

Tujuannya adalah untuk menyiapkan generasi Indonesia ke depan yang maju dan unggul yang otomatis akan menurunkan angka stunting.
"Penurunan stunting ini menjadi sangat penting di samping pemberian asupan gizi yang bermutu kepada ibu-ibu hamil," kata dia.
Saat ini pemerintah tengah menargetkan untuk menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada 2024, dari angka yang sebelumnya 27 persen.
Adapun bimbingan pranikah dibutuhkan demi pemahaman dan tanggung jawab calon pengantin sebagai calon orangtua untuk menghasilkan SDM unggul.
• Angka Stunting di Pamekasan Capai 17,75 Persen, Gemar Ikan Bakal Digencarkan ke Desa Rawan Pangan
• Forikan Jawa Timur dan Kota Kediri Kampanyekan Gemar Makan Ikan untuk Cegah Stunting
Setiap tahunnya di Indonesia, diketahui terdapat 2 juta pasangan pengantin baru dan 365.000 pasangan yang bercerai.
Dengan demikian, pemerintah pun ingin mendorong agar para calon pengantin memahami terlebih dahulu bagaimana cara membangun keluarga yang baik.
Pada November 2019 lalu, Kemenko PMK rencananya akan menyempurnakan seluruh gagasan dan apa saja yang bisa dilakukan Kemenag terkait dengan pelaksanaan bimbingan pranikah tersebut.
Apalagi, selama ini, belum semua Kantor Urusan Agama (KUA) melakukan bimbingan pranikah.
Sebab, pelaksanaan bimbingan pranikah yang akan disempurnakan itu juga membutuhkan kerja sama dari beberapa pihak seperti Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
(Kompas.com/Deti Mega Purnamasari)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menko PMK: Jumlah Rumah Tangga Miskin di Indonesia Capai 7,5 Juta" dan "Menko PMK Ungkap Program Bimbingan Pranikah Ditunda akibat Pandemi Covid-19"