SMA/SMK dan PKPLK di Surabaya Belum Dapat Izin Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi Covid-19
Tidak semua daerah di Jawa Timur mendapat ijin untuk menggelar proses belajar mengajar di sekolah meskipun dengan protokol kesehatan ketat.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Pipin Tri Anjani
"Bagaimana menangani siswa ketika masuk harus gimana, ini kita sudah tahu dari evaluasi yang kita lakukan selama empat hari itu," imbuhnya.
Sebelumnya, dalam simulasi PTM SMKN 6 Surabaya, pada Selasa (11/8) lalu, pihaknya telah menyiapkan berbagai sarpras untuk tetap membuat sekolah aman dengan memperhatikan kesehatan siswa juga tenaga pendidik dan kepedidikan.
• Lama Tak Muncul, Momo Geisha Tiba-tiba Sindir Keras Suami Sibuk Sendiri: Istri Hamil Butuh Perhatian
Mulai dari penyediaan 9 thermo gun dan 30 lebih wastafel di sudut sekolah. Akan tetapi, ia juga mengakui kebiasaan baru untuk menjaga jarak antar siswa masih belum bisa dilakukan secara disiplin.
"Dari evaluasi kita, saat pulang sekolah masih ada gerombolan orang tua atau ojol yang jemput. Ini jadi warning bagi kita. Dan memang ini kebiasaan baru. Karena masih belum terbiasa, jadi guru-guru juga sering mengingatkan untuk tetap menjaga jarak," katanya
Di samping itu, pihaknya juga telah membuat skema PTM jika bisa dilaksankan. Yakni materi yang disampaikan akan berfokus pada teori dan pembelajaran adaptif-normatif. Pasalnya, pembelajaran tatap muka maksimal hanya tiga jam pelajaran.
"Ada pemampatan kompetensi dasar (KD) materi yang akan disampaikan. Kita sudah koordinasi dengan guru mapel (mata pelajaran) karena waktunya hanya 4 jam, maka ini tugasnya guru-guru untuk berkreasi dengan materi dan waktu yang diberikan terbatas," tambahnya.
Namun, untuk pembelajaran materi produktif atau kejuruan, pihaknya akan menggunakan metode center of teacher. Di mana, ketika praktikum guru yang akan mempraktikkan dan siswa menganalisanya.
"Untuk metode itu akan diterpkan di jurusan-jurusan yang praktekkan mandiri seperti kecantikan. Tapi untuk praktik yang dilakukan secara kelompok ini beda lagi. Maka siswa yang melakukan praktik sendiri. Jumlahnya tergantung tingkat kompleksitas praktik, minimal dua siswa. Tergantung peralatan praktiknya juga," jelasnya. (SURYA/Sulvi Sofiana)
Editor: Pipin Tri Anjani