Tahun Baru Islam
Memasuki Bulan Suro, Mengapa di Masyarakat Jawa Ada Ritual Cuci Benda Pusaka? Ini Penjelasannya
Biasanya memasuki Tahun Baru Islam atau Bulan Suro, ada tradisi mencuci benda pusaka, mengapa? Ini penjelasannya.
Perayaan Satu Suro di Mangkunegaran
Menyambut Tahun Baru Jawa atau Bulan Suro memang tidak lepas dengan kegiatan-kegiatan untuk introspeksi diri yang dikaitkan dengan perbuatan masa lalu.
Tradisi bulan Suro, dianggap sebagai upaya untuk menemukan jati diri agar selalu tetap eling lan waspada dari mana sangkat paraning dumadi (harus tetap ingat siapa diri kita dan dari mana kita berasal).
Oleh karena itu, bulan Suro merupakan awal tahun Jawa yang oleh masyarakatnya dianggap sebagai bulan yang sakral atau bulan suci.

Pada malam Satu Suro, di Pura Mangkunegaran Surakarta dilakukan dengan adanya Kirab Pusaka mengelilingi tembok luar sebanyak satu kali yang dilakukan oleh Keluarga, Sentono, Narapraja, Abdidalem, dan Kerabat Besar Mangkunegaran serta masyarakat luas.
Sementara itu, Jamasan Pusaka di Pura Mangkunegaran merupakan tradisi merawat atau memetri warisan dari para leluhur.
Pusaka ini banyak mengandung makna, karena pusaka itu merupakan buah hasil karya cipta yang memiliki falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi dan motivasi kehidupan.
"Ini sudah turun temurun dilakukan. Benda pusaka itu dipelihara, dengan cara dijamasi atau dicuci, dibersihkan. Jadi memang itu sudah sebagai perlambang keyakinan kami," kata Joko.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengapa di Masyarakat Jawa Ada Ritual Mencuci Benda Pusaka saat Bulan Suro?