Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tahun Baru Islam

Memasuki Bulan Suro, Mengapa di Masyarakat Jawa Ada Ritual Cuci Benda Pusaka? Ini Penjelasannya

Biasanya memasuki Tahun Baru Islam atau Bulan Suro, ada tradisi mencuci benda pusaka, mengapa? Ini penjelasannya.

Shutterstock
Keris 

TRIBUNJATIM.COM - Tak terasa sudah memasuki Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Jawa.

Biasanya memasuki Tahun Baru Islam, ada tradisi yang biasa dilakukan pihak Keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta.

Satu di antara tradisinya adalah mengadakan acara kirab pusaka yang bisa disaksikan langsung oleh masyarakat umum atau wisatawan.

Tanggal Puasa Asyura dan Tasua di Bulan Muharram 1442 H, Ada 3 Keutamaannya, Menghapus Dosa Setahun

Selain itu, ada juga tradisi lain yang lebih utamanya yaitu mencuci benda pusaka atau dalam bahasa Jawa, Jamasan Pusaka.

Lalu mengapa kegiatan mencuci pusaka selalu dilakukan bertepatan dengan masuknya bulan Suro dan menjadi tradisi Jawa?

Menurut Sekretaris Tepas Museum Keraton Yogyakarta RA Siti Amieroel N, ritual mencuci benda pusaka atau Jamasan Pusaka ini selalu dilakukan oleh Keraton pada saat memasuki Tahun Baru Jawa.

Doa Buka Puasa Tasua dan Asyura di 9-10 Muharram 1442 H, Dilengkapi Bacaan Niat Lafal Arab dan Latin

Kirab Pusaka di Kraton Surakarta yang biasa dilakukan pada malam pergantian Tahun Baru Islam atau Satu Suro.
Kirab Pusaka di Kraton Surakarta yang biasa dilakukan pada malam pergantian Tahun Baru Islam atau Satu Suro. (shutterstock/zahirul alwan)

1 Muharram 1442 H, Puisi Gus Mus Selamat Tahun Baru Kawan Bisa Jadi Renungan Refleksi Diri, Simak!

"Mencuci pusaka itu dilakukan bukan pas Satu Suro-nya, tapi pas bulan Suro. Maksudnya kan awal tahun, jadi diharapkan tahun yang akan datang itu kan menjadi lebih baik," kata Amieroel saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Ritual Jamasan Pusaka tersebut memiliki makna agar seseorang dapat membersihkan dirinya guna menyambut masa yang akan datang, yaitu tahun baru.

Lanjutnya, ritual tersebut tidak bisa dilihat oleh masyarakat umum atau wisatawan.

Artinya, ritual ini dilakukan secara tertutup oleh pihak Keraton.

Memasuki Bulan Muharram 1442 H, Kapan Waktu Puasa Asyura dan Tasua? Lengkap Lafal Niat Arab & Latin

Benda pusaka dianggap sakral

Keris
Keris (Shutterstock)

Pencucian benda pusaka atau Jamasan Pusaka itu sudah menjadi ritual Keraton setiap bulan Suro.

Alasannya, benda pusaka tersebut dianggap sakral, sehingga harus dipelihara dan dirawat.

Amie menjelaskan, orang Jawa melihat benda pusaka sebagai visualisasi dari laki-laki yang artinya Imam atau pemimpin.

"Nah, salah satu visualisasi itu adalah keris atau pusaka. Kalau pusakanya itu terawat dengan baik, tentu dia akan berakhlak baik, kalau pusakanya tidak pernah dirawat, tentu sebaliknya," ujar dia.

Amie melanjutkan, benda pusaka itu dapat diartikan sebagai penggambaran diri seseorang.

Larangan di Bulan Muharram 1442 H Tahun Baru Islam 2020, Beserta Amalan Sunnah Puasa Dilengkapi Niat

Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun.

Rangkaian ritual Jamasan Pusaka, seperti apa?

Menurut Amie, rangkaian ritual diawali berdasarkan titah Raja Yogyakarta, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Pusaka tombok yang dikeluarkan dalam kirab malam satu Sura Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Senin ( 10/9/2018) malam.

Untuk waktunya, biasa dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00, tetapi tergantung titah raja.

Tahun ini, rencananya Jamasan Pusaka akan diadakan pada 1 September mendatang.

1 Muharram 1442 H, Puisi Gus Mus Selamat Tahun Baru Kawan Bisa Jadi Renungan Refleksi Diri, Simak!

Benda-benda pusaka yang dicuci seperti keris dan benda pusaka lainnya yang berada di Keraton.

Adapun benda-benda pusaka ini memiliki kelas-kelas tersendiri.

"Jadi yang kelas VVIP itu harus dicuci langsung oleh Sultan. Namun benda lainnya, yang mencuci banyak sekali, tergantung kedudukan seseorang nanti ditentukan akan mencuci benda pusaka kelas mana," jelasnya.

Jamasan Pusaka di Mangkunegaran Selain di Keraton Yogyakarta, Jamasan Pusaka juga dilakukan di Pura Mangkunegaran, Surakarta.

Sama seperti Keraton Yogyakarta, pihak Mangkunegaran akan mengadakan ritual ini setiap memasuki bulan Suro.

Pusaka tombok yang dikeluarkan dalam kirab malam satu Sura Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Senin ( 10/9/2018) malam.
Pusaka tombok yang dikeluarkan dalam kirab malam satu Sura Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Senin ( 10/9/2018) malam. (KOMPAS.com/Labib Zamani)

"Dilakukan pada bulan Suro. Kalau malam Satu Suro biasanya masih fokus pada pelaksanaan Kirab dan Wilujengan," kata Abdi Dalem Bagian Pariwisata dan Museum Pura Mangkunegaran, Joko Pramudya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Ia menerangkan, malam Satu Suro bagi masyarakat Jawa sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya.

Ia mengaku tak bisa menjelaskan terlalu banyak seputar Jamasan Pusaka oleh karena ritual ini memang tidak boleh disebarluaskan ke khalayak umum.

Puasa Asyura di Bulan Muharram Sekaligus Mengganti Puasa Ramadhan, Bolehkah? Berikut Hukumnya

Perayaan Satu Suro di Mangkunegaran

Menyambut Tahun Baru Jawa atau Bulan Suro memang tidak lepas dengan kegiatan-kegiatan untuk introspeksi diri yang dikaitkan dengan perbuatan masa lalu.

Tradisi bulan Suro, dianggap sebagai upaya untuk menemukan jati diri agar selalu tetap eling lan waspada dari mana sangkat paraning dumadi (harus tetap ingat siapa diri kita dan dari mana kita berasal).

Oleh karena itu, bulan Suro merupakan awal tahun Jawa yang oleh masyarakatnya dianggap sebagai bulan yang sakral atau bulan suci.

Suasana Kirab Pusakadalem di Pura Mangkunegaran, tahun 2019.
Suasana Kirab Pusakadalem di Pura Mangkunegaran, tahun 2019. (www.puromangkunegaran.com)

Pada malam Satu Suro, di Pura Mangkunegaran Surakarta dilakukan dengan adanya Kirab Pusaka mengelilingi tembok luar sebanyak satu kali yang dilakukan oleh Keluarga, Sentono, Narapraja, Abdidalem, dan Kerabat Besar Mangkunegaran serta masyarakat luas.

Sementara itu, Jamasan Pusaka di Pura Mangkunegaran merupakan tradisi merawat atau memetri warisan dari para leluhur.

Pusaka ini banyak mengandung makna, karena pusaka itu merupakan buah hasil karya cipta yang memiliki falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi dan motivasi kehidupan.

"Ini sudah turun temurun dilakukan. Benda pusaka itu dipelihara, dengan cara dijamasi atau dicuci, dibersihkan. Jadi memang itu sudah sebagai perlambang keyakinan kami," kata Joko.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengapa di Masyarakat Jawa Ada Ritual Mencuci Benda Pusaka saat Bulan Suro?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved