Berita Viral
Viral Bu Tejo 'Tilik' Suka Bergosip dan Ghibah, Dosen Psikolog UI: Gosip Bisa Bikin Orang Terhibur
Bu Tejo dalam film Tilik hobi nyinyir dan ghibah menjadi viral, berikut ini alasan mengapa orang suka bergosip.
TRIBUNJATIM.COM - Sosok Bu Tejo yang viral di media sosial, diperankan oleh Siti Fauziah Saekhoni dalam film Tilik merupakan sosok ibu-ibu yang suka bergunjing dan nyinyir.
Menurut dosen psikolog UI, bergosip sendiri ternyata bisa menjadi entertainment.
Gosip bisa membuat seseorang merasa terhibur.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Simak penjelasannya berikut ini.
Film Tilik, film pendek karya Ravacana Films bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY yang diproduksi tahun 2018 ramai jadi bahan perbincangan banyak orang.
Film berdurasi 30 menit ini memiliki cerita sederhana tapi dikemas dengan sangat apik.
Tilik atau dalam bahasa Indonesia artinya menjenguk, mengisahkan tentang rombongan ibu-ibu yang ingin menjenguk Bu Lurah di rumah sakit dengan menggunakan truk.

Tokoh Bu Tejo, adalah salah satu tokoh yang sukses memberi warna dalam film ini.
Bahkan, nyinyiran Bu Tejo bikin warganet gemes. Sepanjang jalan Bu Tejo (diperankan Siti Fauziah Saekhoni) menggunjingkan sosok Dian, seorang kembang desa.
Cerita ini sukses menarik perhatian banyak kalangan.
Mulai dari awam, sineas film, hingga psikolog.
• Kelakuan Ruben Onsu saat SD Dibocorkan Ibu Tini, Bukan Cari Muka, Ayu Ting Ting Syok: Oh Pinter Ya
• Nasib Wanita Pembakar Bendera Merah Putih yang Viral, Derita Gangguan Jiwa dan Kini Meninggal Dunia
Nah berbicara tentang bergosip atau ghibah, sebenarnya kenapa sih kita suka sekali melakukannya?
Doktor Psikolog Sosial dan Budaya Endang Mariani mengatakan, definisi gosip adalah membicarakan orang lain tanpa kehadiran orang tersebut.
Dalam psikologi sosial, gosip sebenarnya bukan fenomena baru. Hal ini sudah ada sejak zaman dahulu.
"Talking to other memang sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi," ungkapnya.
Gosip bisa jadi merefleksikan rasa keingintahuan terhadap orang lain.
Seperti perilaku, kehidupan sehari-hari dan juga kepemilikan.
Beberapa ilmuwan psikologi menyebutkan bahwa bergosip memainkan peran dalam keterikatan sosial dengan menyebarkan reputasi orang lain secara informal.
• Putri Pelatih Persela Positif Covid-19, Program Latihan Laskar Joko Tingkir Tetap Sesuai Jadwal
• Lesty Kejora Siap Nikah, Orang Terdekat Wanti-wanti soal Rizky Billar, Ungkit Perjuangan: Tak Mudah
Gosip sendiri, menurut Endang Mariani ada dua macam, yakni gosip yang positif dan negatif.
Gosip positif maksudnya kita membicarakan orang lain dari sisi positifnya.
Sementara gosip negatif, kita membicarakan sisi buruk orang lain.
"Nah kalau berbicara ghibah, biasanya cenderung ke (gosip) yang negatif," ungkap dosen psikolog di Universitas Indonesia (UI) itu kepada Kompas.com (TribunJatim.com Network ), Jumat (21/8/2020).
Endang Mariani mengatakan, gosip negatif sebenarnya dapat berfungsi sebagai kontrol sosial meski tidak enak didengar.
Artinya, gosip negatif dapat membantu membatasi diri untuk tidak melakukan hal atau tidak berperilaku seperti yang digosipkan.
Dia memaparkan, ada sebuah penelitian yang menyebut bahwa gosip juga berfungsi sebagai bentuk pertahanan diri.
"Ketika bergosip, manusia bisa diterima di kelompok atau komunitasnya. Gosip itu juga membangun bonding atau ikatan kedekatan dengan orang lain," ujar Endang Mariani.
"Itu kenapa biasanya gosip ini dilakukan oleh orang-orang yang punya kedekatan, bukan hanya saling kenal," imbuhnya.
Endang Mariani mengatakan, penyebab orang bergosip salah satu di antaranya adalah untuk mengatasi kebosanan, cara keluar atau bertahan dari loneliness(keterasingan/kesepian), bisa memfasilitasi keterikatan dan kedekatan, dan juga merupakan bentuk entertainment atau hiburan.
"Gosip bisa jadi entertainment. (Lewat gosip), seseorang bisa terhibur, merasa didengarkan, merasa mendengarkan berita-berita yang entah itu menyenangkan atau tidak untuk dirinya," ujarnya.
• 3 Perguruan Tinggi di Malang Masuk 17 Besar Perolehan Pendanaan PKM Paling Banyak, UB Termasuk
• Balasan Istri Rizki DA seusai Diterpa Gosip & Diserang Ibu, Nadya Minta Tolong, Kakak: Kami Tutup
Dampak gosip

Dampak gosip bagi orang yang menerima ada yang positif dan negatif.
Namun, dampak gosip bukan hanya dirasakan oleh orang yang digosipkan, tapi juga bisa dirasakan juga oleh orang yang menggosip.
Ada penelitian yang menyebutkan, ketika kita membicarakan orang lain apalagi yang berbau negatif, itu akan membuat jantung berdetak lebih cepat.
Ini artinya, menggosipkan seseorang juga dapat memengaruhi organ di dalam tubuh.
Kemudian ketika seseorang menggosipkan orang lain tapi ternyata itu hanya kabar bohong, ini akan menimbulkan rasa bersalah pada diri orang yang bergunjing itu.
"Sebenarnya kalau mau disadari dan diakui, rasa (bersalah) itu ada," ujarnya.
Endang juga mengingatkan, reputasi orang yang suka menyebarkan informasi atau rumor tentang orang lain bisa juga dipertaruhkan.
Apalagi jika informasi yang diberikan tidak benar.
• Kak Seto Sebut Hukuman 2 Tahun Penjara untuk Pelaku NF Sudah Baik: Kalau Bebas Justru Tidak Tepat
• Prediksi WHO Soal Covid-19 Bisa Berakhir dalam 2 Tahun, Berkaca dari Wabah Flu Spanyol pada 1918
Pesan untuk kita
Ada beberapa tipe gosip.
Tapi ada satu jenis gosip yang sebaiknya dihindari yaitu gossip yang bisa membahayakan dan tidak punya tujuan atau manfaat yang lebih besar.
"Jika anda tidak punya sesuatu yang baik untuk dikatakan, sebaiknya tidak usah mengatakan apa-apa tentang orang lain," kata Endang Mariani.
Dia menjelaskan, gosip dapat melemahkan meridian tubuh dan organ-organ tubuh tertentu, baik yang menyebarkan gosip maupun yang digosipkan.
(Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gibah Bu Tejo di Film Tilik, Kenapa Sih Kita Suka Bergosip?"