Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Electrifying Majestic Banyuwangi, Listrik sebagai Pengungkit Ekonomi Berbagai Segmen

Electrifying Majestic Banyuwangi merupakan program yang digagas PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur melalui UP3 Banyuwangi.

Penulis: Haorrahman | Editor: Dwi Prastika
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Lampu-lampu penerangan pohon buah naga di Banyuwangi mampu membuat produksi buah naga meningkat, 2020. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Haorrahman

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Petani dengan electrifying agriculture, pedagang kaki lima (PKL) dengan electrifying lifestyle, hingga Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) di destinasi wisata, Electrifying Majestic Banyuwangi menjadikan listrik sebagai pengungkit ekonomi warga Banyuwangi di berbagai segmen. 

Electrifying Majestic Banyuwangi merupakan program yang digagas PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur melalui UP3 Banyuwangi.

Ini sejalan dengan tema besar Pemkab Banyuwangi yang mengusung Majestic Banyuwangi, atau Kemegahan Banyuwangi.

Terdapat beberapa elemen dalam program Electrifying Majestic Banyuwangi.

Electrifying agriculture, electrifying lifestyle, Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU), dan Captive Power Acquisition (Caption).

Electrifying agriculture merupakan pengungkuit ekonomi petani buah naga. Melalui electrifying agriculture dengan program Listrik untuk Sang Naga, memberdayakan petani buah naga panen di luar musim.

Metode ini meminimalisir pemberian zat kimia pada penanaman buah naga yang justru menurunkan kualitas, namun meningkatan produksi dengan menambah masa panen.

Metode ini menggunakan “matahari buatan” yakni penerangan lampu LED pada pohon buah naga di malam hari.

Dalam kondisi normal, buah naga hanya mampu panen dua kali dalam satu tahun. Namun dengan menggunakan penerangan lampu di malam hari, bisa panen tiap bulan.

Tiap petani berbeda dalam menerapkan metode ini. Tergantung kemampuan modal tiap petani. Ada yang menggunakan lampu untuk tiap satu meter lahan. Ada pula yang menggunakan satu lampu untuk satu pohon. Lampu LED yang digunakan beragam, mulai 5 hingga 15 watt.

Namun rata-rata satu hektare kebun buah naga terdapat 5000 titik lampu untuk menyinari buah naga di malam hari. Penyinaran lampu buah naga ini, karena untuk memaksimalkan produktivitas pohon buah naga.

Pada malam hari ketika mendapat sinar “matahari buatan” terjadi proses satu kali penyerbukan buah naga. Itu membuat buah naga bisa panen tiap bulan.

Petani buah naga di Kecamatan Bangorejo Banyuwangi, Tarmijan, mengembangkan buah naga semi-organik. Selain menggunakan penerangan lampu, juga menggunakan perawatan tanah.

Tarmijan dan petani buah naga lainnya di kecamatan ini, memanfaatkan teknologi sederhana yang diberi nama SIPLO (Sistem Intensifikasi Potensi Lokal).

Menggunakan alat yang berfungsi menambah ionisasi pada tanah melalui aliran listrik, sehingga unsur hara terserap maksimal oleh tanaman.

"Alatnya dialiri listrik, kemudian ujung kabel lainnya dimasukkan ke tanah yang basah untuk dialiri listrik," kata Tarmijan, Sabtu (29/8/2020).

Dengan teknologi electrifying agriculture ini, selain membuat buah naga berbuah tiap bulan juga menghasilkan buah naga dengan kandungan residu logam berat di bawah standar SNI yang sudah diuji di laboratorium. Ini membuat buah naga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Itu membuat pasar Tarmijan dan petani buah naga lainnya meningkat. Tidak hanya melayani pasar tradisional saja, buah naga mereka dikirim langsung ke supermarket dan toko-toko buah di Surabaya dan Jakarta.

“Berapa yang kami kirim pasti akan dibeli mereka, karena buah naga kami semi-organik,” kata Tarmijan.

Tarmijan mengakui biaya produksi dengan metode ini mencapai Rp 110 juta setahun, yang salah satunya diperuntukkan untuk biaya listrik yang rata-rata Rp 7 hingga Rp 8 juta tiap bulan.

Namun dalam satu tahun rata-rata Tarmijan bisa menghasilkan 24.000 kilogram buah naga tiap satu hektare. Sementara harga buah naga rata-rata Rp 15.000 per kilogram, sehingga bisa menghasilkan Rp 360 juta. Dengan demikian keuntungan bersih Tarmijan untuk satu hektare mencapai Rp 250 juta.

Sementara Tarmijan memiliki dua hektare lahan buah naga, sehingga keuntungan bersih Tarmijan mencapai Rp 500 juta. Itu bisa bertambah apabila harga buah naga naik seharga Rp 25-30 ribu per kg terutama pada bulan puasa dan Lebaran.

Saat ini program Listrik untuk Sang Naga hingga Juni 2020, telah tercatat dinikmati oleh 6618 petani. Dalam program ini PLN juga memberikan pelatihan, pendampingan, promosi, edukasi Kelistrikan dan Keselamatan Ketenagalistrikan dan Kesehatan Kerja (K2K3) ketenagalistrikan, standarisasi Instalasi Milik Pelanggan (IML) kebun buah naga hingga memberikan kemudahan layanan pasang baru bagi petani buah naga.

”Selain petani buah naga, terdapat 11.165 orang mendapat manfaat langsung dari program. Mulai tenaga kerja formal, tenaga kerja informal, distributor, pedagang kecil, swalayan (retail). Bahkan saat ini mulai tumbuh 30 home industry makanan olahan yang berasal dari buah naga di Banyuwangi,” kata General Manager PLN UID Jawa Timur, Nyoman S Astawa.

Meski mempermudah pemasangan listrik dan memberikan subsidi untuk petani buah naga, demi keamanan petani tetap harus melampirkan sertifikat laik operasi, surat izin usaha kecil dan menengah dari kecamatan.

Listrik untuk Pariwisata

Banyuwangi juga memanfaatkan listrik sebagai electrifying lifestyle sebagai pendukung pariwisata. Di sentra kuliner Taman Blambangan, kini pedagangnya telah beralih menggunakan kompor induksi listrik yang ramah lingkungan, melalui program Kuliner Pintar.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan kompor listrik merupakan bagian dari upaya mewujudkan efisiensi energi dan mengoptimalkan energi yang aman dan ramah lingkungan.

“Ini merupakan upaya konversi kompor energi lain ke kompor induksi ini. Konversi ini memiliki manfaat yang besar,” kata Abdullah Azwar Anas.

Kuliner Pintar ini merupakan sentra kuliner kaki lima di Kota Banyuwangi. Terdapat 26 PKL yang kini menggunakan kompor induksi listrik bantuan dari PLN.

Di Kuliner Pintar ini PLN memberikan fasilitas enam stasiun pengisian listrik umum (SPLU) dan wifi gratis.

Abdullah Azwar Anas mengatakan, electrifying lifestyle akan menjadi pengembangan pariwisata Banyuwangi ke depan.

“Tidak hanya perbaikan pada obyek wisatanya saja, namun lingkungan yang bersih dan sehat juga menjadi target kami ke depan. Program ini sejalan dengan pengembangan pariwisata Banyuwangi,” kata Abdullah Azwar Anas.

Selain itu menurut Abdullah Azwar Anas, kompor induksi listrik ini membuat penghematan dalam pembelian bahan bakar untuk memasak. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kompor induksi lebih murah dibandingkan kompor berbahan bakar gas.

Tarif listrik per KWH hanya Rp 1467 itu, sehingga dalam satu jam pedagang menggunakan 1000 kwh biayanya ya hanya Rp 1467. Energi listrik juga relatif aman dan selalu tersedia, tidak seperti gas yang jumlahnya kadang terbatas di pasaran.

Ini turut mewujudkan upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan mendorong masyarakat beralih dari kompor gas beralih ke kompor listrik untuk mewujudkan efisiensi energi 17 persen pada 2025, seperti ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Selain di area Taman Blambangan, PLN juga telah membangun SPLU di beberapa lokasi wisata Banyuwangi seperti Pantai Cacalan, Bangsring Underwater, Hutan Djawatan dan Kampung Primitif. 

SPLU yang dilengkapi wifi gratis ini bisa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mencharger telepon seluler dan lainnya.

PLN juga membangun jaringan listrik di Taman Nasional Alas Purwo. Jaringan listrik tersebut dibangun sepanjang 21,7 km dan dapat menyuplai listrik hingga Pantai Plengkung.

PLN juga akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) atau PLTB berkapasitas 50 megawatt (MW) di Kabupaten Banyuwangi. PLTB ini akan menjadi pembangkit listrik tenaga angin berskala besar pertama di Pulau Jawa.

PLTB yang terletak di Kecamatan Wongsorejo tersebut akan membentang di Selat Bali yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved