Kupas Estetika Keris Bareng Kolektor Lumajang, Bernilai Filosofi Tinggi: Amati Bilah atau Guratannya
Abdus Salam, kolektor asal Yosowilangun, Lumajang kupas nilai estetika keris. Benda pusaka dengan nilai filosofi tinggi: ada di bilah atau guratannya.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Hefty Suud
Ketertarikan itu muncul karena aktifitas yang mengharuskan tetap di rumah akibat pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
"Pada saat di bulan Mei, dua bulan Covid-19 saya banyak di rumah. Karena juga ada perintah dari pimpinan bekerja dari rumah (wfh) dan tidak boleh luar kota. Sehingga aktifitas saya banyak bekerja melalui laptop dan buka internet," ungkapnya.
Hasil selancarnya di media sosial, Agung menemukan topik menarik. Yaitu sebuah materi yang mengulik semua tentang keris.
"Di media sosial ada topik bahas soal keris. Kemudian saya tertarik ternyata saya pelajari. Ternyata kerus itu bentuk hasil karya leluhur kita yang adiluhung yang diakui oleh unesco pada 25 November 2005. Selain keris, ada wayang dan batik," tuturnya.
Meski terbilang baru mengenal keris, wawasann sejarahnya terbilang cukup luas. Sehingga kalau bicara soal asal muasal keris, pengetahuannya tak bisa diragukan.
"Selain itu pula ketika saya belajar hukum jelas di Undang-Undang No 12 Pasal 2 Tahun 1951 benda pusak bukan alat penikam penusuk. Jadi negara mengakui dan dunia mengakui, kenapa kita tidak," ucapnya.
Agung pun bercerita, dirinya tertarik pada keris karena sisi estetik keindahan pada benda pusaka tersebut.
"Kalau bicara keris tentu tidak hanya esotoris tapi juga eksoterisnya. Jadi bicara historisnya dan rancang bangunnya, dapur, pamor semua yang berkaitan dengan bilah itu sangat estetik sekali. Dan saya sendiri 60 persen senang terkait sisi eksoterisnya seperti keindahannya," ungkapnya.
Keris yang merupakan warisan leluhur, Agung pun berharap, makin banyak masyarakat yang peduli untuk menyelematkan benda pusaka ini.
"Bukti nyata kongkrit warisan leluhur kita. Ini harus kita jaga, lestarikan, dan kita rawat. Sehingga nanti bisa kita kenalkan ke anak cucu kita," pungkasnya.
Penulis: Tony Hermawan
Editor: Heftys Suud