PHRI Trenggalek Optimistis Bisnis Bisa Kembali Bangkit Awal Tahun Depan
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Trenggalek optimistis usaha perhotelan dan restoran bisa kembali bergairah pada awal tahun
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Trenggalek optimistis usaha perhotelan dan restoran bisa kembali bergairah pada awal tahun ini.
Itu karena sejak awal Covid-19 menyerang hingga September ini, lambat laun beberapa lini usaha mulai bangkit bertahap.
"Di Trenggalek ini bisnis restoran sudah sekitar 60 persen [dibanding biasanya]. Teman-teman bahkan ada yang sudah 90 persen," kata Ketua PHRI Trenggalek Ayub Nualak.
Sementara industri perhotelan juga sudah mulai naik meski tak sesignifikan restoran. Ayub menyebut, rata-rata okupansi hotel di Trenggalek saat ini berada di kisaran 30 persen dari kondisi sebelum pandemi.
"Yang masih stagnan di kafe. Soalnya kan belum boleh ramai-ramai," ucap dia kepada TribunJatim.com.
• Ketua DPD RI LaNyalla: Koperasi Sebagai Jawaban Era Robotisasi Industri
• Bansos Tunai Rp 500 Ribu Siap Cair, Segera Cek Namamu Terdaftar? Login cekbansos.siks.kemsos.go.id
• Viral Istri Dapat Jatah Suami 20 Ribu 1 Minggu, Psikolog: Tidak Etis Umbar Gaji, Mempermalukan Suami
Apabila tren ini tetap berlanjut, ia optimistis gairah industri bisnis bisa merangkak naik signifikan pada Januari tahun depan. Namun, hal tersebut juga bakal banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah setempat.
"Terutama keputusan-keputusan daerah yang agar kita bisa lebih memaksimalkan usaha. Selama kebijakan mendukung, usahanya bisa tumbuh," tutur Ayub kepada TribunJatim.com.
Ia mencontohkan, usaha membangun check point di titik-titik perbatasan berpengaruh besar terhadap dunia usaha. Rumah makan yang ia kelola, misalnya, kembali dibuka setelah check point tersebut ada.
Ayub menyebut, seluruh usaha hotel dan restoran di Trenggalek minus pendapatan ketika bulan pertama Covid-19 merebak.
Pada bulan ke dua, usaha mulai berjalan meski pendapatan masih minim. Tren terus meningkat pada bulan-bulan selanjutnya.
Menurutnya, usaha di Trenggalek memiliki tren berbeda di banding daerah-daerah besar. Terutama usaha restoran dan sejenisnya.
Sebab, mayoritas pelanggannya adalah warga lokal. Berkurangnya perpindahan orang dari satu daerah ke daerah lain tak berpengaruh signifikan.
"Karena tidak bisa disamakan dengan kota besar lain. Market-nya di sini sini saja. Kalau di kota besar beda karena di sana marketnya juga banyak dari luar daerah," tuturnya. (aflahulabidin/Tribunjatim.com)