Peduli Lingkungan: Mahasiswa UK Petra Sulap Sampah Botol dan Limbah Tekstil Jadi Busana Fashionable
Mahasiswa Universitas Kristen Petra, Surabaya olah sampah botol plastik dan limbah tekstik jadi busana fashionable. Mengurangi pencemaran lingkungan.
Penulis: Zainal Arif | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Melestarikan lingkungan, menjadi tanggung jawab semua orang. Masing-masing memiliki cara yang berbeda-beda.
Dua mahasiswa Universitas Kristen Petra (UK Petra) program studi desain fashion dan tekstil (DFT), pilih melestarikan lingkungan dengan mengolah sampah jadi produk fashion.
Mereka ialah Tiffany dan Auke Kurnia Septianingrum Azalya.
• Syarat yang Wajib Dipenuhi Zaskia Sungkar Demi Impian 10 Tahun Terwujud, Akhirnya Nangis: Aku Hamil?
• Daftar ke KPU Surabaya, Eri Cahyadi Pamer Program: Pulihkan Ekonomi dan Lanjutkan Keberhasilan Risma
Dengan waktu kurang lebih 1 bulan, Tiffany berhasil menyulap sampah botol plastik menjadi sebuah karya yang menarik perhatian, berupa desain baju dengan konsep zero waste berjudul Awekening.
Tiffany bercerita, konsep desain baju yang ia buat selama 1 bulan ini menggambarkan seorang putri kerajaan dengan kehidupan serba mewah tetapi secara tiba-tiba harus menjadi pemimpin bagi rakyatnya.
Hingga akhirnya sang putri dapat kembali membangun pemerintahan dalam kerajaan tersebut berkat keuletan, dan sifat pantang menyerah.
• Pengusaha Depo di Lini 2 Pelabuhan Keluhkan SE Dirjenhubla Kemenhub: Terancam Bangkrut
• Patroli Satgas Covid-19 Kembali Menyisir Kawasan Pasar Kota Kediri, Masih Ada yang Langgar Protokol
"Penggunaan aplikasi recycle bunga dari plastik karena tetap ingin memperlihatkan sisi elegant, kreatif, keberanian dan kepintaran dari seorang putri," ungkap Tiffany, Jumat (4/9/2020).
Baju tersebut berbentuk menyerupai jumpsuit dilengkapi outer yang cocok bagi para wanita muda yang aktif dalam beraktifitas.
Terkait material yang digunakan, mahasiswi angkatan 2018 ini menggunakan kain daces, kain sifon crepe, dan kain kaca.
"Lurik ini saya tambahkan agar lebih unik, untuk penggunaan limbah plastik ini saya bentuk seperti bunga dan ditambahkan manik-manik lalu dijahit agar lebih menarik," jelasnya.
Tiffany mengumpulkan botol plastik yang sudah tidak digunakan terlebih dahulu, sebelum dipotong kecil-kecil. Setelah itu, dibakar diatas api kemudian dijahit ke baju bersama dengan manik-manik.
Penggunaan limbah botol mineral ini bukan tanpa sebab. Tiffany ingin mengurangi pencemaran lingkungan akibat banyaknya limbah plastik.
"Saya berharap orang-orang lebih memperhatikan lingkungan. Karena dari limbah itu, kita masih bisa mengolahnya menjadi sebuah karya yang bagus, saya sangat senang hasil karya baju yang saya buat dengan susah payah bisa diapresiasi dan jalan di runway dilihat oleh orang-orang," ungkap gadis berkacamata itu.
Berkat karya tersebut, perempuan 20 tahun ini berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi Surabaya Fashion Designer Award 2020 yang digelar di Chameleon Hall Tunjungan Plaza 6, Surabaya.
PADU PADANKAN LIMBAH TEKSTIL DENGAN KAIN TENUN ASAL NTT
Berbeda dengan Tiffany, Avke Kurnia Septianingrum Azalya berhasil mempadu padankan limbah tekstil dengan kain tenun asal NTT kedalam desain bajunya.
Bermula dari kegemaran bermain game abad pertengahan, membuat Auke sapan akrab Avke Kurnia Septianingrum Azalya terinspirasi membuat desain baju bernuansa Indonesia Heritage dengan judul Sustainable Dysto-Tenun War.
Ia membutuhkan waktu desain kurang lebih dua minggu kemudian proses penjahitannya memakan waktu kurang lebih 1 bulan.
Auke sempat terkendala pembagian waktu dikarenakan berubah-ubahnya ide. Namun berkat ketekunannya ia mampu menyelesaikan proyek tersebut dengan maksimal.
Selain itu, Auke juga menggunakan teknik creative fabric atau anyaman serta menambahkan unsur sustainable.
"Sekarang kan sudah ada gerakan Sustainable, karena kain tekstil ini kan banyak ya jadi saya codongkan saja ke NTT, semua baju saya ini adalah kain dirumah saya yang nggak dipakek, bahkan sisa-sisa potongan dari kain kaos saya dilinting sebagai hiasan di kepala agar terlihat ada unsur Afrikanya," ujarnya.
"Intinya saya ingin bisa mengurangi sampah tekstil dirumah," pungkasnya.
Pakaian tersbut dapat digunakan untuk acara formal dan acara pesta. Dikarenakan nuasana yang meriah memunculkan sisi etnik dari indonesia yaitu kain tenun yang digunakan.
Berkat karya tersebut, Auke berhasil meraih juara 5 dalam kompetisi Surabaya Fashion Designer Award 2020 yang digelar di Chameleon Hall Tunjungan Plaza 6, Surabaya. (zia)
Penulis: Zainal Arif
Editor: Heftys Suud