Virus Corona di Jawa Timur
Risiko Kejadian Luar Biasa PD3I di Tengah Pandemi Covid-19, Jawa Timur Kejar Capaian Imunisasi
pemberian imunisasi harus tetap diupayakan lengkap sesuai dengan jadwal, tapi strateginya harus mempertimbangkan situasi epidemiolog Covid-19.
Dari data cakupan imunisasi nasional di bulan Juni 2019 dan 2020, diperoleh data terdapat penurunan cakupan IDL antara tahun 2019 dan 2020, sejak bulan Maret 2020 (kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia), penurunan yang paling signifikan terjadi pada Mei 2020 yaitu mencapai angka 35 persen.
“Oleh karena itu, pelayanan imunisasi tidak boleh dihentikan, karena akan berisiko KLB PD3I (Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). KLB PD3I yang terjadi pada pandemi Covid-19 akan menjadi beban ganda bagi pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat,” terang Achmad Yurianto.
Menurut Yurianto, pemberian imunisasi harus tetap diupayakan lengkap sesuai dengan jadwal. Akan tetapi strategi pemberiannya harus mempertimbangkan situasi epidemiologi Covid-19, kebijakan pemerintah, dan situasi epidemiologi PD3I.
“Jika cakupan vaksinasi menurun, maka tingkat kekebalan komunitas terhadap PD3I juga akan semakin menurun. Kekebalan kelompok hanya dapat dicapai dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di semua tingkatan. Problematikanya setiap daerah itu berbeda, jadi strategi penyelesaiannya juga harus disesuaikan,” ujarnya.
Sementara itu, PIC Program Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Berbasis Keluarga dan Masyarakat (Geliat) Unair Surabaya, Dr Nyoman Anita Damayanti, drg, MS juga menguatkan dengan hasil survey cepat yang mereka laksanakan di 24 kota/kabupaten di Jawa Timur, dimana 100 persen responden menyatakan terdapat dampak pandemi Covid-19 untuk program imunisasi secara umum.
“Sebanyak 83 persen responden menyatakan mengalami penurunan terkait frekuensi kedatangan atau partisipasi masyarakat untuk mengimunisasi anaknya selama pandemi ini. Lalu 100 persen responden mengakui terdapat hambatan pada pelayanan imunisasi selama pandemi Covid-19 ini,” jelasnya.
Hambatan yang paling banyak dirasakan oleh responden, katanya, adalah terkait beban tenaga kesehatan lebih banyak untuk mengurusi Covid-19, sehingga kekurangan waktu dan tenaga untuk mengurusi imunisasi.
“Responden yang menyatakan bahwa pelayanan imunisasi dasar adalah yang paling terdampak atau tidak terpenuhi selama pandemi Covid-19 sebanyak 43 persen. Pelayanan imunisasi yang paling terdampak yaitu booster pentavalent,” tegas Nyoman. (*)