Curhat Penjual Dawet Gempol Jabung, Terpaksa Naikkan Harga Saat Pandemi, Lega Saat Ada New Normal
Dawet Gempol Jabung menjadi kuliner yang wajib dicoba saat berkunjung ke Ponorogo
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Dawet Gempol Jabung menjadi kuliner yang wajib dicoba saat berkunjung ke Ponorogo.
Bahkan ada yang bilang, belum ke Ponorogo kalau belum mencoba Dawet Gempol langsung ke Desa Jabung, Kecamatan Mlarak.
Komposisi dari satu mangkuk sajian Dawet Jabung adalah cendol, santan, lalu gula cair, sedikit air garam, tape ketan, dan nangka, serta gempol.
Gempol sendiri berbahan dasar beras yang melewati pengolahan sedemikian rupa dan dibentuk bulat.
"Harga per mangkuknya Rp 4 ribu," kata penjual Dawet Gempol Jabung, Danis, Minggu (18/10/2020).
Harga Rp 4 ribu per mangkuk ini berlaku sejak masa Pandemi Covid-19, karena omzet penjualan para penjual Dawet Jabung sepi.
"Sebelumnya Rp 3 ribu, tapi karena waktu awal (Pandemi) Corona dulu sepi, para pedagang sepakat untuk menaikkan harga," lanjutnya.
Baca juga: Gubernur Jatim Tinjau Jembatan Tangkeban, Kurangi Kecelakaan di Tikungan Tajam Ponorogo-Pacitan
Danis melanjutkan, Pandemi Covid-19 ini sangat berdampak pada penjualan dawet Jabung.
Ia mencontohkan sebelum pandemi, ia mampu menjual 50-100 porsi per hari, sedangkan pada akhir pekan hingga 200 porsi perhari.
"Pada saat (Pandemi) Corona ini sehari paling terjual 30 porsi perhari, paling banyak 50 porsi, itu pun jarang sekali," lanjutnya.
Penurunan penjualan paling mencolok pada saat Hari Raya Idul Fitri tahun 2020.
Danis menceritakan pada hari Raya Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, ia bisa menjual 500 hingga 1000 porsi per hari.
"Hari Raya Idul Fitri kemarin sehari 50 - 100 porsi, karena banyak yang tidak mudik," ucapnya.
Namun begitu, ia dapat bernafas lega ketika pemerintah mulai menerapkan New Normal.
Ia mengaku setelah era normal baru, perlahan-lahan omzetnya naik walaupun memang tidak seperti sedia kala sebelum Covid-19.
"Pada saat awal-awal (Pandemi) dulu pernah ada kabar kalau semua warung disuruh tutup termasuk para penjual dawet. Saat itu cukup takut, karena warga sini banyak yang mata pencahariannya jualan dawet ini," lanjutnya.
Sebagai pelaku ekonomi, ia berharap Pandemi Covid-19 segera berakhir, geliat ekonomi bisa kembali sedia kala terutama di bumi reog sehingga omzet penjualannya bisa pulih kembali.