Bermodalkan Sistem Hidroponik, Tiga Pemuda di Sidoarjo Raup Jutaan Rupiah di Tengah Pandemi Covid-19
Tiga pemuda di Sidoarjo mendulang jutaan rupiah dalam situasi wabah Virus Corona atau Covid-19 dengan bisnis hidroponik
Penulis: Farid Mukarrom | Editor: Pipin Tri Anjani
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Tiga pemuda di Sidoarjo mendulang jutaan rupiah dalam situasi wabah virus Corona atau Covid-19. Mereka terdiri dari Halim Akbar Indiarto (28), Yayan (26) dan Yunus (26).
Dengan mendirikan Bengkel Ponic bulan Maret 2020 lalu, mereka memiliki peran yang berbeda beda.
Halim berperan sebagai pemasaran. Sementara Yayan dan Yunus bertugas sebagai Instalasi serta Riset Penelitian.
Saat mengawali usahanya, mereka membuka lapak di pinggir jalan. Tentu saja mereka sering terkena terik panas matahari, debu jalanan, kehujanan dan berkorban banyak waktu.
Baca juga: Dipecat Gara-gara Pandemi Covid-19, Pria Lulusan SMA di Madiun Sukses Budidaya Cacing
Baca juga: Kelakuan Asli Adit Jayusman Pacar Ayu Ting Ting Dikuak Teman, Lempeng Dia, Ungkit Kekayaan: Langka
"Awalnya kami memulai usaha perbaikan, pesanan, penjualan sparepart, instalasi hidroponik, dan aquaponik ini dengan starter kit atau modal Rp 1,5 juta," ujarnya, ketika ditemui di Jalan Brigjen Katamso, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Senin (19/10/2020).
Mereka menawarkan sejumlah sistem penanaman. Seperti Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT).
Sistem DFT adalah teknik mengalirkan air dengan menggunakan genangan pada instalasi dan menggunakan sirkulasi dengan aliran pelan. Mulai pagi dan sore dialirkan dengan durasi setengah jam.
"Jenis tanaman yang kami miliki mulai Kangkung, Sawi Pakcoy, Daun Mint, dan Sawi Samhong," katanya.
Kendati demikian, Yayan juga mengaku sering menemukan kendala saat memulai bisnis tersebut. Antara lain, hama, dan pemadaman listrik secara mendadak ketika menerapkan sistem hidroponik NFT.
"Sistem itu bergantung pada listrik untuk mengalirkan air. Jika listrik mati maka tanaman akan kekurangan air dan nutrisi," paparnya.
Berbeda dengan teknik DFT, air terus mengantong di talang. Selain itu nilai estetika dan harga lebih bagus daripada memakai sistem paralon.
Talang sendiri dibersihkan dengan cara digosok maksimal satu bulan 3 hari sekali. Dengan durasi 10 sampai 15 menit.
"Kelebihan sistem talang adalah membersihkannya lebih mudah. Sementara paralon lebih susah dan tidak rata pembersihannya karena masih ditemukan lumut," terangnya.
Halim juga menjelaskan, omset yang didapat dari usahanya mencapai Rp 3 juta sampai Rp 6 juta perbulan.
Baca juga: Tragedi Pengantin Wanita Tewas di Pelaminan karena Ulah Suami, Tamu Hanya Menonton, Alasannya Aneh
Baca juga: Nia Ramadhani Merengut Ditagih Ardi Bakrie Soal Gaji Syuting, Suami Malah Mengancam, Gak Usah Gitu
Pangsa pasarnya meliputi daerah Waru Timur dengan mengandalkan WhatsApp dan Sosial Media yang bisa diakses dengan kata bengkelponic.